KedaiPena.Com – Anggota DPRD Tapteng fraksi partai Hanura, Antonius Hutabarat berpendapat, tingkat kemiskinan masyarakat di Kabupaten Tapteng sejatinya mengalami peningkatan.
“Saya malah melihat tingkat kemiskinan di Tapteng ini bertambah, indikatornya sederhana, misalnya karet yang kini harganya terus turun, pernah naik tapi sebentar saja, kemudian kondisi nelayan saat ini yang juga kesulitan karena faktor cuaca,†kata Antonius kepada wartawan di Pandan, Rabu (3/5).
Sebelumnya, disinggung terkait jumlah Rumah Tangga Sasaran – Penerima Manfaat (RTS-PM) Beras Sejahtera (Rastra) per tahun 2017 di Kabupaten Tapteng yang meningkat sebesar 8.6 persen atau dari sebanyak 21.507 menjadi 23.367 untuk perubahan data per tahun 2017, Antonius sebaliknya meragukan kebenaran jumlah tersebut.
Menurut Anggota Komisi C DPRD Tapteng ini, jumlah penerima Rastra itu seharusnya jauh lebih banyak dari data penerima yang telah ditetapkan tersebut. Hal itu, lanjut dia, disebabkan proses pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) yang tidak pas.
“Data dari BPS, bukan dari Desa atau Kelurahan, padahal kalau ada apa-apa di lapangan, yang kita kejar kan Desa dan Kelurahan. Jadi mereka (BPS-red) harus hati-hati menentukan itu,†pungkas Antonius.
Persoalan metode pendataan yang menurut Antonius menjadi persoalan, misalnya soal syarat menentukan kategori masyarakat miskin yang dinilai berdasarkan pengamatan dari luar, seperti keberadaan rumah. Fakta dilapangan, lanjut Antonius, kadang berbanding terbalik dengan pengamatan yang dilakukan sekilas
“Yang jelas salah satu syaratnya adalah lantai tanah, ini kan susah. Kada ada yang bangun rumah karena jual tanah, dibikinnya keramik, tapi bukan berarti pendapatan perkapita mereka cukup, kita cek keseharian mereka susahnya, kadang buruh nya dia, kerja bongkar muat, tapi dia bangun rumah demi kenyamanan anak dan keluarganya, tapi bukan berarti secara ekonomi baik,†urai Antonius.
Antonius menegaskan, metode pengambilan data yang dilakukan oleh BPS masih diragukan. Seharusnya, kata dia, pendataan dengan melihat penghasilan dan bukan standar rumah. “Yang dihitung itu harusnya penghasilan rumah tangga itu bukan hanya dengan melihat rumahnya saja,†katanya.
Laporan: Dom