KedaiPena.Com – Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia atau BI diminta dapat mengantisipasi dampak inflasi Amerika Serikat (AS) yang mencapai 9,1 persen pada Juni 2022. Bank Indonesia diminta dapat mengantisipasi dampak inflasi terutama untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Didi Irawadi Syamsuddin merespons inflasi AS mencapai 9,1 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut berada dalam tingkat tertinggi selama lebih dari 40 tahun.
“Ini tentu perlu juga diantisipasi, karena terutama dengan menjaga nilai tukar rupiah dengan policy yang tepat dari BI, agar beban utang dollar beserta bunganya tidak naik tinggi,” ujar Didi sapaanya, Selasa, (19/7/2022).
Didi memprediksi, inflasi yang terjadi di AS akan berdampak kepada banyak negara. Pasalnya, sebagai negara ekonomi terbesar dimana 80% transaksi di dunia berbasis AS dollar.
“Tentu akan berpengaruh terhadap banyak negara, utamanya jika utang negara tersebut ke AS,” imbuh Didi.
Didi melanjutkan, utang terbesar Indonesia jika digabungkan swasta dan pemerintah terbesar masih Singapura, 60% lebih. Hal ini, kata Didi, dikuti Jepang, AS dan China.
“Tapi utang negara ke AS terbesar, 12,64%,” ungkap Didi.
Didi meyakini,dengan cara menambah utang rupiah kepada rakyat melalui surat berharga turut akan dapat mengurangi jumlah uang beredar sekaligus Inflasi.
“Dalam hal ini menambah utang rupiah kepada rakyat sendiri dengan surat berharga, ini akan mengurangi jumlah uang beredar sekaligus Inflasi,” tandas Politikus Partai Demokrat ini.
Laporan: Muhammad Lutfi