PERDEBATAN simpang siur seputar resesi ekonomi tengah berkembang di masyarakat, termasuk kalangan elit, wartawan, dan pejabat. Apakah ekonomi Indonesia saat ini (triwulan II 2020) sudah masuk resesi, menjadi perbincangan hangat.
Masyarakat merasa ekonomi Indonesia saat ini sudah resesi. Daya beli anjlok, PHK merajalela. Tetapi, ada juga yang mengatakan belum resesi karena mengacu pada pernyataan pemerintah. Menurut pemerintah, ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 ini, secara teknis, belum resesi. Ini yang menjadi pangkal perdebatannya.
Pemerintah berpendapat, resesi adalah kalau pertumbuhan ekonomi selama dua triwulan berturut-turut negatif. Meskipun pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2020 negatif 5,32 persen, tetapi, pertumbuhan pada triwulan I 2020 masih positif 2,97 persen. Makanya, secara teknis belum resesi. Begitu kata pemerintah.
Oleh karena itu, triwulan III 2020 akan menjadi penentu resesi. Kalau pertumbuhan triwulan III 2020 minus, maka secara teknis Indonesia baru masuk resesi. Kalau positif, berarti tidak jadi resesi.
Begitu kurang lebih bunyi pernyataan pemerintah.
Kita tidak tahu apakah pernyataan ini sekedar untuk membohongi publik dan mengulur waktu resesi, atau memang benar pemerintah tidak mengerti mengenai makna resesi, secara teknis.
Dan kita tidak ingin berprasangka buruk terhadap pemerintah. Kita tidak ingin berprasangka pemerintah membohongi publik. Oleh karena itu, kita asumsikan saja pemerintah tidak mengerti makna resesi menurut konsensus tidak tertulis para ekonom dunia.
Untuk itu di dalam tulisan ini akan jelaskan apa arti resesi, dan mengapa secara teknis ekonomi Indonesia sudah masuk resesi pada triwulan II tahun 2020 ini.
Ada dua cara perhitungan terkait pertumbuhan ekonomi triwulanan (periodik). Pertama, periode tahun ini dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, dikenal dengan Year-on-Year (YoY). Misalnya, pertumbuhan triwulan I 2020 dibandingkan dengan triwulan I 2019.
Berdasarkan perhitungan YoY ini, ekonomi Indonesia triwulan I 2020 tumbuh positif 2,97 persen terhadap triwulan I 2019: PDB (riil) triwulan I 2020 tercatat Rp 2.703 triliun versus PDB (riil triwulan I 2019 Rp 2.625,1 triliun.
Sedangkan ekonomi Indonesia triwulan II 2020 tumbuh minus 5,32 persen terhadap triwulan II 2019. YoY: PDB triwulan II 2020 hanya Rp 2.589,6 triliun versus PDB triwulan II 2019 Rp 2.735,2 triliun.
Cara perhitungan lainnya adalah pertumbuhan triwulan sekarang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Atau dikenal Quarter-on-Quarter (QoQ).
Dengan perhitungan QoQ ini, pertumbuhan Indonesia triwulan I 2020 minus 2,41 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan IV 2019). Karena PDB triwulan I 2020 hanya Rp 2.703 triliun, dan PDB triwulan IV 2019 sebesar Rp 2.769,9 triliun.
Sedangkan pertumbuhan triwulan II 2020 terhadap triwulan I 2020 (QoQ) minus 4,2 persen, PDB turun dari Rp 2.703 triliun pada triwulan I 2020 menjadi Rp 2.589,6 triliun pada triwulan II 2020.
Perbandingan Quarter-on-Quarter sebenarnya terpengaruh faktor musiman. Misalnya ekonomi pada bulan lebaran akan lebih tinggi dari bulan lainnya. Oleh karena itu, perhitungan Quarter-on-Quarter harus dinetralisir faktor musim. Ini dinamakan Seasonally Adjusted. Pertumbuhan triwulan ini dapat disetarakan menjadi pertumbuhan setahun. Dinamakan Seasonally Adjusted Annual Rate. Atau SAAR.
Jadi, kalau ada yang mengutip ekonomi Amerika Serikat minus 32,9 persen pada Q2-2020, itu berasal dari perhitungan disetahunkan: QoQ SAAR. Yaitu, PDB Q2-2020 dibandingkan dengan PDB Q1-2020, kemudian disetahunkan.
Pertumbuhan Amerika Q2-2020 terhadap Q1 2020 (QoQ) minus 9,49% (-0,949). Disetahunkan dengan formula (1+pertumbuhan) dipangkat 4 (karena pertumbuhan compounding) dikurangi 1. Hasilnya {(1-0,949) ^ 4} – 1 = 32,9%.
Dengan metode yang sama, ekonomi Indonesia pada Q2-2020 secara tahunan minus 23,04 persen: {(1-0,532) ^ 4} – 1.
Indonesia tidak pernah mengumumkan data pertumbuhan ekonomi triwulanan (QoQ) yang disesuaikan faktor musim (seasonally adjusted). Berdasarkan data dari Federal Reserve St Louis, AS, pertumbuhan Indonesia Q1-2020 terhadap Q4-2019 (QoQ, Seasonally Adjusted) minus 0,7%.
Oleh karena itu, ekonomi Indonesia dipastikan masuk resesi pada Q2-2020 karena pertumbuhan pada Q2-2020 terhadap Q1-2020 (QoQ Seasonally Adjusted) juga minus.
Resesi adalah penurunan ekonomi (pertumbuhan minus) selama dua triwulan berturut-turut, berdasarkan pertumbuhan riil GDP dengan triwulan sebelumnya, atau quarter-on-quarter, disesuaikan faktor musim: bukan berdasarkan pertumbuhan riil GDP dengan periode sama tahun sebelumnya (YoY).
Definisi resesi di Inggris, Uni Eropa, AS, dan kebanyakan negara lain di dunia: recessions are generally defined as two consecutive quarters of negative economic growth, as measured by the seasonal adjusted quarter-on-quarter figures for real GDP.
Berdasarkan definisi ini, maka Indonesia resmi resesi pada Q2-2020.
Oleh Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS)