DUA bulan lebih dunia diguncang dengan penyebaran virus corona, yang kemudian populer dengan sebutan Covid-19.
Sejumlah negara terserang Covid-19 dan sangat berhati-hati serta menutup rapat-rapat wilayahnya, lockdown.
Di Indonesia pada pertengahan Maret 2020 dampaknya semakin terasa, sejumlah orang dinyatakan terinfeksi.
Rentetannya sejumlah aktivitas sekolah, tempat ibadah, perkantoran, perdagangan, pariwisata, pertandingan, dan lain-lain diliburkan selama dua pekan.
Dampaknya harga masker, dan kebutuhan medis berkaitan dengan penanganan Covid-19 semakin mahal. Dan setelah itu sampahnya akan dibuang ke penampungan sementara (TPS) dan akhirnya di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Sejumlah aktivis dan lembaga lingkungan dan sampah serta warga sekitar TPA khawatir, jangan-jangan sampah bekas penanganan Covid-19 itu dibuang ke TPA.
Jika ini terjadi, akan menimbulkan masalah baru. Warga sekitar TPST Bantargebang, TPA Sumurbatu, TPA Burangkeng mulai cemas dengan sampah-sampah kiriman baru dari kota.
Warga di sekitar TPA/TPST sangat riskan dengan serangan penyakit. Dampak pengelolaan sampah setidaknya akan mempengaruhi secara langsung penduduk yang bermukim di kawasan TPST Bantargebang dan sekitar.
Kecamatan Bantargebang meliputi Kelurahan Bantargebang, Sumurbatu, Cikiwul, dan Ciketingudik. Pada 2017 jumlah penduduknya mencapai 86.800 jiwa, dengan rincian kelurahan Bantargebang sebanyak 31.202 jiwa; Sumurbatu sebanyak 17.472 jiwa; Cikiwul sebanyak 18.846 jiwa; dan Ciketingudik sebanyak 19.280 jiwa.
Beberapa kasus yang berobat ke klinik kesehatan akibat menderita ISPA, diare, tipus, gigi, sesak nafas, gatal-gatal kulit, Demam Berdarah Dengue (DBD), TBC atau radang paru-paru, dan lain-lain.
Pada pertengahan 2016 pernah terjadi kasus DBD, lebih 20 warga (anak-anak dan dewasa) Kelurahan Sumurbatu meninggal dunia. Ketika memasuki musim pancaroba, pergantian musim kemarau ke musim penghujan banyak warga terserang berbagai penyakit, biasanya yang terbanyak diare atau mencret-mencret.
Penyakit sejenis ini harus cepat mendapat pertolongan, jika tidak pesakit semakin parat dan dapat meninggal dunia. Khususnya anak-anak sebagian besar karena penyakit flek, gejala TBC, sejenis radang paru-paru.
Penyakit tersebut pastinya sangat membahayakan dan mengancam generasi penerus. Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dan merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM).
Berikut ini disajikan data lengkap berbagai penyakit yang terekam di UPDT Puskesmas Kecamatan Bantargebang tahun 2017. Laporan resmi tersebut merupakan gambaran berbagai penyakit secara faktual yang dialami warga Kecamatan Bantargebang.
Jika dibanding dengan informasi pada tingkat lapangan, ada perbedaan-perbedaan mencolok, karena tidak semua warga sekitar TPST berobat ke Puskesmas dan Pustu.
Berdasarkan 20 penyakit terbesar di UPTD Kecamatan Bantargebang tahun 2017, maka daftarnya sebagai berikut: Pertama, Penderita penyakit ISPA menduduki rangking terbesar, yaitu 1.501 orang (675 laki-laki dan 826 perempuan).
Kedua, Dispepsia sebanyak 284 orang (127 laki-laki dan 157 perempuan); Ketiga, Demam yang tidak diketahui sebabnya sebanyak 229 orang (124 laki-laki dan 105 perempuan).
Keempat, Diare dan Gastroenteritis sebanyak 186 orang (104 laki-laki dan 82 perempuan); Kelima, Faringitis Akuta sebanyak 170 orang (89 laki-laki dan 81 perempuan).
Keenam, Myalgia sebanyak 168 orang (56 laki-laki dan 112 perempuan); Ketujuh, Hipertensi Primer (esensial) sebanyak 153 orang (75 laki-laki dan 78 perempuan).
Kedelapan, Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya sebanyak 82 orang (27 laki-laki dan 55 perempuan); Kesembilan, Artritis lainnya sebanyak 51 orang (24 laki-laki dan 27 perempuan).
Kesepuluh, Gastritis dan duodenitis sebanyak 51 orang (26 laki-laki dan 25 perempuan).
Selanjutnya kesebelas, Diabetes Mellitus tidak spesifik sebanyak 50 orang (11 laki-laki dan 39 perempuan); Keduabelas, Kunjungtivitis sebanyak 49 orang (21 laki-laki dan 28 perempuan).
Ketigabelas, Nasofaringitis Akuta (Common Cold) sebanyak 40 orang (14 laki-laki dan 26 perempuan); Keempatbelas, Tonsilitis Akuta sebanyak 38 orang (19 lak-laki dan 19 perempuan).
Kelimabelas, Gangguan lain pada kulit dan jaringan sebanyak 35 orang (2 laki-laki dan 33 perempuan); Keenambelas, Pneumonia sebanyak 29 orang (13 laki-laki dan 16 perempuan.
Ketujuhbelas, Abses, Furunkel, Karbunkel Futan sebanyak 23 orang (10 laki-laki dan 13 perempuan); Kedelapanbelas, Varisela/Cacar air sebanyak 22 orang (15 laki-laki dan 2 perempuan).
Kesembilasbelas, Dermatitis Kontak sebanyak 20 orang (13 laki-laki dan 7 perempuan); dan keduapuluh, Rematisme, tidak spesifik 19 orang (7 laki-laki dan 12 perempuan).
Sementara penyakit penyakit peringkat yang lebih rendah; penderita Otitis Media sebanyak 18 orang (3 laki-laki dan 15 perempuan), Parotitis (gondong) sebanyak 16 orang (10 laki-laki dan 6 perempuan), Neuralgia dan Neuritis, tidak sebanyak 12 orang (4 laki-laki dan 8 perempuan); Hermoroid (Wasir) sebanyak 12 orang (6 laki-laki dan 6 perempuan), Tuberkulosa BTA (+) dengan/tanpa pemriksanaan biakan sebanyak 9 orang (5 laki-laki dan 4 perempuan), ISK sebanyak 2 orang.
Berdasarkan data, sebanyak 1.501 orang terjangkiti penyakit ISPA merupakan yang terbesar. ISPA (Inspeksi Saluran Pernafasan Acut), ditandai gejala panas, batu pilek, kadang-kadang disertai sesak.
ISPA disebabkan oleh udara kotor dari sampah, belum lagi adanya gas methane (CH4), CO2, dll. ISPA kalau sudah memasuki tingkatan akut mengakibatkan radang paru, kemudian meninggal dunia.
Gejalanya panas tinggi/kejang-kejang, sesak atau sulit bernafas. Juga akan merembet pada radang telinga tengah. Gejalanya panas tinggi, nyeri pada telinga, keluar cairan pada telinga (gendang telinga pendengaran kurang/robek).
Bisa juga terjadi radang selaput otak akibatnya bisa mati. Gejalanya panas tinggi, kejang, muntah, lumpuh.
Penderita penyakit Diare dan Gastroenteritis sebanyak 186 orang. Diare/disentri ditandai buang air besar (BAB) mencret. Diare merupakan gangguan penyerapan makanan akibatnya kurang gizi, kekurangan cairan (dehidrasi), selanjutnya bisa meninggal dunia.
Penderita penyakit Kunjungtivitis sebanyak 49 orang Conjunctivitis berupa radang pada kelopak dan selaput mata, mata merah, banyak kotoran mata. Gonjunctivitis/ radang selaput mata. Terjadi infeksi pada mata (selaput) akan menimbulkan jaringan parut sehingga pengelihatan terganggu.
Selanjutnya, penderita penyakit Gastritis dan duodenitis sebanyak 51 orang. Gastritis (sakit mag) ditandai kembung/begah, nyeri ulu hati, mual (rasa penuh di perut). Gastritis (mag), tukak lambung (koreng/luka pada lambung), mengganggu proses pencernaan makanan, pendarahan pada lambung dan selanjutnya mati.
Pemerintah harus menyatakan dan membuka infromasi ke masyarakat tentang penanganan sampah bekas penanganan Convid-19. Para pekerja kebersihan di kota, pekerja di TPA dan warga sekitar dapat garansi dan perlindungan atas kesehatannya. Mereka adalah ujung tombak kebersihan, bekerja tanpa mengenal lelah.
Rumah sakit-rumah sakit yang menangani penderita Covid-19 akan melaporkan kepada pemerintah dan masyarakat mengenai pengelolaan sampah medisnya. Jangan sampai sampah medis itu keluar ditangani pihak ketiga dan dikelola sembarangan. Sampah medis dan sampah lainnya harus diselesaikan di rumah sakit itu. Perlu dilakukan pemusnahan menggunakan incinerator dengan tingkat panas minimal 800 ºC. Juga perlu pengawasan ketat.
Pada saat berkembangnya endemic Covid-19 pengelolaan sampah medis dan sampah lain di rumah sakit-rumah sakit yang menangani penderita tersebut sampahnya harus di-treatment secara sangat khusus, punya SOP, dengan teknologi insinerasi yang aman bagi lingkungan dan kesehatan. Merupakan salah satu rantai pengendalian.
Dalam kondisi normal maupun darurat akibat virus menular cukup cepat dengan menggunakan berbagai media, maka kota metropolitan dan besar harus punya infrastruktur pengolahan sampah dengan teknologi canggih pembakaran massif atau insinerasi.
Teknologi insinerasi dengan tingkat panas minimal 800 ºC akan mampu melenyapkan sampah dan virus penyakit. Mampu mereduksi 80-90% dan lebih bagus lagi plasma gasifikasi dapat mereduksi hingga 100%.
Dalam kondisi dihantui penyebaran Covid-19 dan virus penyakit lain maka segala kemungkinan rantai penyebaran harus dipotong secepatnya, salah satunya adalah mengurus sampahnya dengan teknologi canggih yang tepat.
Jakarta dan kota metropolitan lain mestinya sudah memiliki mesin pengolah sampah dengan teknologi canggih skala besar karena ibukota ini menjadi salah satu perhatian badan kesehatan dunia (WHO) dan dunia. Juga menjaga wilayah yang menjadi tempat pembuangan sampahnya.
Oleh Bagong Suyoto, Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNas), Dewan Pembina KAWALI Indonesia Lestari