KedaiPena.Com – Kondisi ekonomi Indonesia seperti diambang batas jurang kehancuran. Hal itu ditunjukkan oleh sikap dan prilaku dari tim ekonomi Jokowi yang menunjukkan rasa pesimis
dalam menghadapi dampak ekonomi akibat Corona atau Covid -19.
Bagaimana tidak, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat melontarkan pernyataan kontroversial lantaran mengungkapkan dampak ekonomi yang berasal dari Covid -19 lebih kompleks dibandingkan dengan krisis pada tahun 2008-2009 dan 1997-1998.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia juga sempat mengatakan bahwa Indonesia dinilai sudah masuk jurang krisis jika skenario terburuk pertumbuhan ekonomi 0% akibat imbas dari pandemi Corona (Covid-19).
Kondisi ini diperburuk dengan pernyataan dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku sering terhanyut dalam emosi saat memikirkan perekonomian domestik yang terdampak oleh Covid-19.
Ekonomi Indonesia sedianya memang sudah ambruk sebelum adanya wabah Corona ini. Utang pemerintah pusat hingga Februari 2020 sebesar Rp 4.948,18 triliun.
Di era rezim pemerintahan Jokowi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencatat rekor terendah sejak 1998, yakni di angka Rp 16.000.
Pengamat kebijakan publik, Syafril Sofyan mengungkapkan bahwa Begawan Ekonomi Rizal Ramli sedianya sudah memprediksi kondisi ambruknya kondisi ekonomi RI yang saat ini semakin tidak tertolong lantaran buruknya fundamental.
Syafril Sofyan mengatakan bahwa kala itu RR sapaan khas Rizal Ramli sedianya menyampaikan hal tersebut sebelum terjadinya gonjang-ganjing ekonomi akibat wabah Corona atau Covid -19.
“Pertemuan dengan aktivis 77/78, Januari 2020 di Bandung, sebelum gonjang ganjing Covid-19, kondisi ekonomi sudah tidak bisa tertolong lagi karena rapuhnya fundamental ekonomi, sangat parah karena mengelola dengan cara yang sama tanpa terobosan,” kata perwakilan aktivis 77/78 ini kepada wartawan, Kamis, (9/4/2020).
Syafril Sofyan melanjutkan bahwa kala itu teman-teman aktivis yang hadir pasti mengingat penjelasan RR soal buruknya kondisi ekonomi.
“Sekarang ditambah pandemik kuman virus Cina, semakin ambruk, butuh pengelolaan out of the box. Rezim ini dengan tim ekonominya tidak akan mampu, dan kembali terjerembab dalam lubang yang sama perangkap IMF. Resikonya terjadi perubahan kepemimpinan, banyak yang belum ngeh, menurut RR terjadi sebelum Lebaran dan terbukti,” beber dia.
Dengan kondisi demikian, menurut Syafril, saat ini dibutuhkan pemimpin yang berpengalaman mengatasi krisis, dengan track record bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam 1-2 tahun dari minus bisa menjadi plus 4%.
Sosok tersebut, kata Syafril, ialah Rizal Ramli yang pernah bersama tim ekonomi Presiden ke 4 RI Abdurrahman Wahid atau Gusdur kala itu.
“Pernah terbukti di era Gusdur dari minus 3,5% menjadi 4%, naik 7% hanya dalam waktu 2 tahun,” tandas Syafril.
Laporan: Muhammad Hafidh