Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Wartawan Senior.
APA sebab Sri Mulyani nggak di-reshuffle? Mirip Soebandrio dan Harmoko yang awet di kabinet, tapi kemudian menyeret presiden dalam kejatuhan?
Sebabnya, rezim sudah kecanduan IMF & Bank Dunia, dan Sri Mulyani pesuruhnya.
Waktu baru merdeka, umur kabinet umumnya pendek. Menteri-menteri datang dan pergi meninggalkan legacy.
Seperti Djuanda, Leimena, dan seterusnya.
Suatu hari Bung Hatta berkata:
Menteri adalah pemimpin rakyat yang tak boleh bermental pesuruh. Lebih-lebih pesuruh asing.
Tapi kabinet hari ini makin meragukan. Figur-figurnya kontroversial. Kapasitas dan kompetensinya mencemaskan.
Memakai istilah tokoh nasional Dr Rizal Ramli, umumnya menteri sekarang berkelas KW-3. Bukan ‘problem solver‘, tapi bagian dari masalah.
Terbagi dalam dua kelompok. Yaitu yang sibuk kejar setoran cari uang pensiun dan mempertebal pundi-pundi. Kedua, menteri-menteri yang melanggengkan KKN.
Akibatnya resesi ekonomi berjalan tanpa solusi, berkelindan dengan ketidakadilan, disintegrasi sosial, dan Corona.
Capaian ekonomi 2020 jauh dari berhasil. Selain faktor pandemi Covid-19, keterpurukan tidak lepas dari kualitas KW-3 menteri-menterinya.
Rizal Ramli menyebut ada kesemerawutan kebijakan fiskal di bawah Menkeu Sri Mulyani. Selain utang yang terus menumpuk.
Sri Mulyani memberikan keuntungan kepada kreditor dengan membuat bunga utang yang tinggi. Rizal Ramli juga melihat kebijakan ‘tax holiday‘ bagi para pengusaha besar justru membuat cekak penerimaan negara.
Ia memprediksi ekonomi Indonesia pada 2021 masih akan sulit, bahkan lebih buruk dari krisis moneter tahun 1998.
“Makin lama ekonomi makin terjerumus. Jokowi go down bersama dengan kinerja Sri Mulyani,” kata Rizal Ramli.
[***]