PENGERITIK utama ketidakadilan perekonomian kolonial yang dilakukan oleh penjajah Belanda terhadap bumiputera adalah orang Belanda sendiri.
Multatuli, Van Hoevell, mengecam tanam paksa. Keduanya dimusuhi. Jabatannya digusur. Di-bully tidak memiliki kesetiaan kepada raja.
Kemudian dari pribumi, Mohammad Hatta dikriminalisasi oleh pers Belanda, yang bagaikan “buzzeRp” hari ini menyerang dengan fitnah ekstrimis-radikalis.
Karena Hatta mencerca perekonomian kolonial yang menghisap kekayaan nusantara.
Anak-anak muda Boedi Oetomo menyebut ekonomi kolonial sebagai “tanaman negeri asing” yang tak sesuai dengan iklim Indonesia.
Cokroaminoto mencela perekonomian penindasan seperti itu dengan sebutan “het zondig”. Faham murtad!
Rizal Ramli yang di dalam maupun di luar kekuasaan berpihak kepada kebenaran, yang saat ini menyampaikan berbagai solusi persoalan perekonomian bangsa diserang habis-habisan oleh buzzeRp asuhan “kakak pembina”.
Para buzzeRp demi dapat upah, bersedia pula dibayar pake nasi bungkus.
Di masa kolonial bangsa ini telah direndahkan. Dihina sebagai bangsa yang paling lemah di dunia.
Bangsa tempe yang selalu tidur ayam. Yang pendapatannya cukup sebenggol sehari.
Bangsa yang selalu membungkuk-bungkuk di hadapan pembesar karena kelamaan dijajah. “Lupa” bagaimana cara berdiri tegak untuk memperlihatkan harkat dan harga dirinya sendiri.
Hari ini harkat-harga diri rakyat dan nilai-nilai kebenaran kembali diinjak. Ditumpas seakan hendak dimusnahkan justru oleh elit kekuasaan sendiri yang bersekongkol dengan aseng-asing yang akan berujung kepada kehancuran bangsa.
Tokoh-tokoh seperti Dr. Rizal Ramli yang sejak muda melekatkan hati untuk rakyat dan mewakafkan sisa hidupnya untuk bangsa kini seperti “diisolasi” oleh anasir-anasir jahat kekuasaan.
Kehendaknya untuk beramal kebaikan kepada negeri dimaknai secara picik. Awan pekat badai prahara masih berlangsung tetapi mereka menyangka itulah sinarnya bulan purnama.
Oleh Arief Gunawan. Penulis adalah wartawan senior