KedaiPena.Com – Sekjen Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) Satyo Purwanto menilai ada faktor dari ketidakbecusan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari buruk dan turunnya kinerja Bank Muamalat saat ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Satyo sapaanya saat merespon buruknya kinerja Bank Muamalat sehingga memerlukan suntikan baru dari para pemodal saat ini.
“Peran Dewan Pengawas Syariah mestinya bukan cuma sebagai wasit menentukan mana yang boleh dan tidak boleh tapi juga harus jadi ideologi bisnis Bank Muamalat sehingga maksud dan tujuan substansinya dapat mengalami progres,” ungkap Satyo kepada wartawan, Minggu (22/12/2019).
Satyo menambahkan bahwa sebagai DPS, Ma’ruf Amin memang dapat disalahkan karena akumulasi persoalan bisnis bank tersebut.
Satyo melanjutkan mestinya Bank Muamalat sebagai bank pertama di Indonesia berbasis syariah lebih banyak memberdayakan bisnis ritel UMKM masyarakat muslim bukan justru terjun di bisnis korporasi yang akhirnya menyebabkan kredit macet.
“Harusnya sedari awal tujuan Bank Muamalat didirikan itu untuk memberdayakan masyarakat muslim yang miskin bukan malah ikutan bisnis seperti bank konvensional,” tandas Satyo.
Ma’ruf Amin sendiri kini tak lagi menjabat Dewan Pengawas Syariah. Posisinya digantikan Siti Haniatunnisa, yang diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Senin (18/12/2019). Siti menggantikan ayahnya, Wakil Presiden KH Ma’aruf Amin, yang sebelumnya juga menjabat sebagai DPS selama 17 tahun.
Dikutip dari laman CNBC Indonesia, laporan keuangan perseroan, periode Januari-Agustus 2019, laba bersih Bank Muamalat tercatat hanya mencapai Rp 6,57 miliar.
Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya (Januari-Agustus 2018), laba bersih perusahaan mencapai 110,9 miliar. Dalam 8 bulan pertama tahun 2019, laba bersih perusahaan anjlok hingga 94,1% secara tahunan.
Laba bersih yang hanya senilai Rp 6,57 miliar tersebut merupakan perolehan laba bersih terendah dalam 8 bulan pertama yang pernah dicatatkan oleh Bank Muamalat, setidaknya dalam 4 tahun terakhir.
Ambruknya laba bersih perusahaan terjadi seiring dengan tekanan terhadap pos pendapatan utama perusahaan.
Dalam periode Januari-Agustus 2019, pendapatan penyaluran dana ambruk sebesar 17% menjadi Rp 1,9 triliun, dari yang sebelumnya Rp 2,3 triliun pada periode Januari-Agustus 2018.
Pendapatan penyaluran dana yang hanya senilai Rp 1,9 triliun tersebut juga merupakan perolehan terendah dalam 8 bulan pertama yang pernah dicatatkan oleh Bank Muamalat, setidaknya dalam 4 tahun terakhir.
Dengan kinerja keuangan seperti, suntikan modal dikhawatirkan tak akan mampu memutarbalikkan kondisi Bank Muamalat.
Laporan: Muhammad Lutfi