ADA adagium bahwa kesejahteraan suatu kota bisa dilihat dari kenyamanan transportasi publik di wilayahnya, bila suatu kota memiliki transportasi publik yang nyaman dan teratur maka dapat dipastikan kesejahteraan penduduk di kota tersebut terjamin.
Terjaminnya kesejahteraan secara otomatis berimbas dengan tingkat kebahagiaan penduduknya.
Maka pemimpin kota yang mampu menata transportasi publiknya, tanpa diragukan lagi warga kotanya sejahtera dan bahagia menjalankan hidupnya di kota tersebut.
Jakarta dengan jumlah penduduk yang besar dan diwarisi oleh wilayah yang penataannya cukup membingungkan, menjadi tantangan tersendiri bagi “CEO” pengelola Jakarta Raya. Masyarakatnya yang multi etnis dan multi kultural menjadikan Jakarta semakin kompleks dalam pengelolaannya.
Penataan Transportasi publik tentunya menjadi ujian utama berhasil atau tidaknya “Sang CEO” Jakarta Raya membahagiakan warganya.
Langkah awal CEO Jakarta Raya dalam program kerjanya cukup menjanjikan. Program Ok Otrip sebagai modal awal menata transportasi publik Jakarta Raya menjadi oasis di tengah dahaga kebijakan transportasi publik yang memihak pengguna.
Janji memberikan transportasi publik yang murah dan nyaman melalui program Ok Otrip menjadi hal yang dinanti publik ditengah beban biaya transportasi publik yang masih cukup tinggi.
Harapan untuk bebas bepergian menggunakan transportasi publik dengan biaya murah menjadikan realisasi program Ok Otrip menjadi suatu keniscayaan.
Namun Bapak Gubernur menggantikan program Ok Otrip dengan Jak Lingko yang menurut Bapak Gubernur Anies Baswedan lebih menjanjikan karena harapannya semua moda transportasi umum dapat tersambung semua dengan biaya yang terjangkau tentunya.
Jak Lingko menjadi oases tersendiri bagi dahaga penantian transportasi publik yang aman, nyaman dan biaya yang terjangkau.
Memang sekarang bus kecil yang tergabung dalam Jak Lingko dibebaskan biayanya dan tersambung dengan Bus Trans Jakarta dengan biaya yang cukup murah.
Namun masih menjadi persoalan tersendiri karena mayoritas pergerakan pengguna transportasi publik untuk sampai tujuan dari dan ke lokasi membutuhkan tidak hanya bus kecil Jak Lingko dan Bus Trans Jakarta tetapi juga dukungan dari moda teansportasi yang lainnya. Untuk itu transportasi publik yang terintegrasi secara keseluruhan baik biaya maupun armadanya menjadi suatu keharusan.
Transportasi Jakarta menjadi tolok ukur dan bench mark bagi transportasi lain di seluruh Indonesia.
Sebagai model transportasi publik bagi negara Indonesia maka transportasi Jakarta diharuskan berjalan dengan pengelolaan yang baik.
Untuk itu Komunitas Transportasi Indonesia memandang perlu untuk mengusulkan kepada Transportasi Jakarta suatu kartu integrasi yang tidak hanya mengintegrasikan armadanya juga mengintegrasikan biayanya bagi seluruh moda transportasi publik yang dari dan menuju Jakarta.
Kita menginginkan segera diterbitkannya “Kartu Transportasi Jakarta Berlangganan (KTJB)” sebagai dukungan bagi Transportasi Jakarta yang aman, nyaman, terintegrasi dan terjangkau.
Dengan biaya berlangganan yang terjangkau, maka para pengguna transportasi publik tidak pusing lagi dengan beban hidup yang mencekik dimasa pandemi ini karena pergerakan mereka untuk mencari nafkah dengan menggunakan transportasi publik sudah terjamin.
Masyarakat yang terus bergerak secara otomatis akan meningkatkan produktivitas negara. Ayo Jakarta Bergerak untuk menggerakan Negara Indonesia yang kita cintai, salah satunya dengan “Kartu Transportasi Jakarta Berlangganan (KTJB)”
Oleh: Ketua Umum Komunitas Transportasi Indonesia Musa Emyus