KedaiPena.Com – Masyarakat di berbagai belahan dunia merayakan Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April. Namun ada yang berbeda pada peringatan Hari Bumi tahun 2020 lantaran terjadi di tengah badai Corona atau Covid-19.
Meski demikian, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Rusmadya Maharuddin menilai ada hikmah yang bisa dipetik dari adanya wabah Corona atau Covid-19 ini yang berasal dari Wuhan, Cina ini.
“Ada hikmah dengan pandemik Covid-19 dalam membangun dan menata kembali hubungan antara manusia dengan manusia sebagai mahkluk sosial, dan manusia dengan alam sebagai proses penyadaran. Di sini kita diingatkan bahwa kita adalah mahluk Tuhan yang saling menjaga. Karena kita dalam alam saling berinteraksi dan tak bisa dipisahkan,” ungkap dia kepada KedaiPena.Com, Kamis (23/4/2020).
Covid-19, lanjut Rusmadya, juga memberikan pelajaran, ketika kita berdiam diri sesuai anjuran protokol untuk mencegah penyebaran wabah tersebut, kualitas bumi baik dari segi udara hingga air sungai membaik.
“Lihat kualitas udara di beberapa negara termasuk di Indonesia khususnya Jakarta jauh lebih baik saat kebijakan untuk tetap di rumah diterapkan. Kita lihat juga di beberapa bahkan di beberapa negara air sungai saja lebih jernih,” tegas dia.
Rusmadya menambahkan beristirahatnya kegiatan yang membuat emisi seperti aktivitas pembakaran hutan, lahat gambut hingga operasional transportasi juga memberikan dampak positif pada bumi.
“Dengan stay home, berdiam diri di rumah tidak melakukan aktivitas yang membuat emisi baik dari pembakaran hutan, transportasi dan sumber-sumber lainya, berdampak positif untuk bumi kita, salah satunya kualitas udara,” ungkap Rusmadya.
Rusmadya menilai faktor terjadinya wabah Corona juga didasari oleh lantaran kerusakan ekosistem di bumi yang mengakibatkan pemanasan global saat ini.
Rusmadya mengatakan salah satu dampak pemanasan global ialah rusaknya habitarlt kelelawar yang disebut-sebut menjadi sumber dari virus tersebut.
“Kelelawar adalah penyeimbang ekosistem yang berperan dalam pembuahan dan penyerbukan yang menahan laju kenaikan suhu. Mereka menjadi restorator alami bagi bumi. Pertanian modern membuat habitat mereka terganggu karena kehilangan serangga sebagai bahan utama makanan yang punah,” ungkap Rusmadya menjelaskan sebuah tulisan yang ia baca.
Dengan demikan, Rusmadya mengingatkan, pentingnya kepedulian kepada keseimbangan alam itu sendiri dengan menjaga kerbelangsungan ekosistem di bumi.
“Kalau seandainya tetap mempertahankan sifat seperti ini (merusak ekosistem) maka mungkin akan menimbulkan wabah lainnya dan memberikan dampak buruk kepada kehidupan manusia. Jadi kita harus mengambil hikmah dan pelajaran dan mari kita melakukan penataan kepada keseimbangan terhadap lingkungan tadi,” tandas Rusmadya.
Laporan: Muhammad Hafidh