PEMERINTAH Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Provinsi Bangka Beliting terlihat begitu konsen dan komitmen pada upaya penumbuhkembangan minat dan tradisi berliterasi terhadap anak-anak di daerahnya. Hal itu bisa dilihat darI program-program dan kegiatan yang dilakukannya selama ini, dan dari tahun ke tahun.
Beberapa waktu lalu, misalnya, Disarpus Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar Lomba Menulis Cerpen Tingkat SMP/ Sederajat dan Lomba Menulis Karya Ilmiah Tingkat SMA/Sederajat se-Bangka Belitung Tahun 2017. Para pemenangnya pun telah diumumkan pada 15 mei 2017 di SUN Hotel Pangkalpinang.
Tentu saja menurut saya, para pemenang lomba tersebut yang notabene merupakan bibit-bibit unggul di ranah literasi daerah, harus dilakukan proses pembinaan lebih lanjut oleh para pemangku kepentingan di sana. Agar para pemenang lomba itu bisa dipastikan terus diasah kemanpuan bakat dan keterampilannya menjadi lebih “kinclong” lagi Sehingga mereka di waktu-waktu mendatang bisa lebih siap lagi ketika harus berkiprah di tingkat yang lebih luas, baik itu di tingkat regional, national, bahkan mungkin internasional.
Sebelumnya, pada tanggal 20 April yang lalu, Disarpus Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menggelar Lomba menulis Puisi Tingkat Anak SD/MI. Dan menyusul pada 26-27 Juli 2017 nanti, akan pula digelar Lomba Bercerita Bahasa Daerah untuk Masyarakat Umum Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Sebagai bagian dari proponen gerakan literasi, tentu saja saya turut merasa senang atas terus bergeliatnya sektor literasi berikut program-program yang dijalankan oleh Pemprov Kepulauan Bangka Belitung tersebut dalam upaya terus mendorong penumbuhkembangan minat dan tradisi berliterasi, khususnya literasi anak di sana.
Sebab program-program yang dilakukan secara konsisten dan kreatif selama ini di lingkungan Pemprov Kepulauan Bangka Belitung itu, saya pandang sebagai salah satu bagian penting dalam konteks strategi mennciptaan generasi unggul lewat sektor literasi di daerah.
Selain Pemprov Kepulauan Bangka Belitung, saya lihat beberapa pemprov, pemkab/pemkot lainnya juga terus menunjukkan geliatnya yang cukup signifikans dalam membangun sinergi dengan para pegiat literasi daerah untuk terus mendorong penumbuhkembangan minat dan tradisi literasi, khususnya literasi anak di wilayahnya. Beberapa yang cukup menonjol diantaranya adalah Pemprov Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, dan lain-lain.
Tentu kita berharap, provinsi atau kabupaten/kota lain, dimana geliat signifikans dari sektor literasinya belum menunjukkan tanda-tanda menggembirakan, agat bisa lebih bergegas memacu kesadaran, komitmennya dan program-programnya secara lebih baik lagi, dalam rangka upaya penumbuhkembangan minat dan tradisi literasi, khususnya literasi anak di daerahnya.
Lantas bagaimana dengan geliat sektor literasI yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, sebagai ibukota negara, selama inI, setidaknya, di era Ahok?
Dari yang saya pahami, geliat sektor literasi, khususnya literasi anak di DKI Jakarta di masa Gubernur Ahok, tidaklah menggembirakan. Dimana komitmen dan suporting Ahok sebagai kepala daerah dalam upaya mendorong penumbuhkembangan minat dan tradisi literasi amatlah rendah.
Dari tahun ke tahun program-program terkait literasi anak di beberapa SKPD/UKPD selalu dipangkas oleh Ahok, dan terus ditiadakan. Bahkan untuk tahun 2017 ini, anggaran program-program terkait literasi anak sama sekali nihil!
Sebagai contoh, beberapa waktu lalu di bulan April dan awal Mei sebelum Ahok divonis menjadi terpidana. Ketika beberapa Dinas Pendiidikan dI beberapa provinsi membuat program-program keliterasian berjenjang yang semarak dan memberikan apresiasi yang cukup menggembirakan kepada masyarakat, justru Dinas Pendidikan DKI Jakarta tak bisa berbuat sebagaimana dilakukan di daerah lain. Alasannya karena tidak adanya anggaran.
Masyaallah, Jakarta tak punya anggaran untuk merangsang penumbuhkembangan sektor literasi? Dan entah mengapa itu terjadi di era Gubernur Ahok!
Paling banter selama ini yang biasanya dimunculkan dan dibanggakan Ahok terkait komitmen dirinya pada sektor literasi adalah bahwa ia kerap merujuk pada peluncuran fasilitas aplikasi buku digital bernama i-jakarta oleh Pemprov DKi Jakarta sejak 2015 lalu.
Padahal menurut kajian kami, i-jakarta bukanlah “tongkat sulat” yang ketika diluncurkan maka dengan sendirinya minat dan tradisi berliterasi pada anak-anak Jakarta akan terus bertumbuh dengan sendirinya di era yang disebut era digital ini.
Perlu program-program lain yang kreatif di sektor literasi. Perlu upaya-upaya dan sentuhan-sentuhan lain yang memang diperlukan, yang bersifat ajeg dan terarah dari Pemprov DKi Jakarta. Dan Pemprov DKI Jakarta dari waktu ke waktu harus terus merangsang dan menumbuhkan secara nyata keterlibatan masyarakat secara lebih luas lagi untuk bersama-sama. membangun sektor literasi.
Dari situlah akan lebih mampu menjamin berjalannya secara progresif agenda-agenda pengembangan potensi-potensi SDM unggul dI DKI Jakarta melalui sektor literasi. Namun pentingnya hal itu justru tak pernah dilihat Ahok saat ia menjabat, lantaran sepertinya ia kadung terbiasa “berkaca mata kuda” yang kerap membawa maunya sendiri!
Dan semoga saja lewat suksesi kekuasaan di DKI Jakarta pada Oktober 2017 nanti, maka gubernur-wakil gubernur baru Anies Baswedan-Sandiaga Uno bisa benar-benar menerbitkan harapan-harapan baru terhadap masa depan sektor literasi, khususnya literasi anak di DKI Jakarta, agar bisa bergeliat secara hebat dan lebih maju lagi. Ya, Semoga saja! Amiiiin. Salam Literasi Anak Nusantara
Nanang Djamaludin, Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (JARANAN) , Konsultan Literasi Anak dan Perlindungan Anak