BANYAK argumentasi yang diajukan oleh para pendukung ‘presidential treshold’ (PT). Antara lain adalah untuk memperkuat sistem presidensial. Bila PT dihilangkan akan membingungkan pemilih karena calon presiden akan terlalu banyak, dan sebagainya.
Namun itu adalah argumentasi yang ditampilkan kepada publik, atau istilah yang lebih populer adalah argumen yang ditampilkan di depan panggung. Namun apakah argumen tersebut memang benar-benar dimaksudkan seperti yang dikatakan di depan publik? Atau justru dibelakang publik ada maksud yang lain? Mari kita bahas.
Argumentasi bahwa akan memperkuat sistim presidensial tidak ada dasarnya. Karena yang terjadi sesungguhnya justru untuk menyingkirkan calon presiden yang tidak dikehendaki elit politik, yang punya selera untuk mengaturnya.
Dan pada prakteknya, mau memerasnya melalui penyerahan uang mahar yang jumlahnya fantastis untuk kepentingan pimpinan parpol tertentu.
Argumen bahwa banyak capres akan membingungkan rakyat yang memilih juga tidak sesuai dengan kenyataan. Karena pada putaran kedua pilpres hanya akan ada dua calon dan selain itu pernah untuk pemilihan legislatif tahun 1999 diikuti oleh 48 parpol dan rakyat tidak bingung memilih, semuanya berjalan dengan sangat lancar dan aman.
Dalam dunia politik masyarakat harus kritis terhadap segala lontaran argumentasi yang dikemukakan di depan publik karena belum tentu argumentasinya jujur, atau sama antara yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan dan yang dikerjakannya. Atau istilah populernya yang ditampilkan didepan panggung bisa berbeda dengan apa yang dilakukannya di belakang panggung.
Di Amerika Serikat pun demikian. Donald Trump pada waktu kampanye selalu melontarkan kata-kata indah untuk bangsa Amerika. “America First“, “We Will Make America Great Again” dan sebagainya.
Namun baru-baru ini keponakannya sendiri Mary L. Trump, anak dari kakak kandungnya yang bernama Fred Trump Jr dan meninggal di usia 42 tahun menerbitkan buku yang berjudul “Too Much And Never Enough“.
Buku yang laku hampir 1 juta kopi di hari peluncurannya ini, membongkar kepalsuan kepribadian Donald Trump. Menurut Mary L. Trump yang merupakan PhD bidang Psikologi Klinis lulusan Adelphi University , kebohongan adalah jalan hidup (‘way of life’) Donald Trump. Ia selalu mencitrakan dirinya lebih besar, lebih kuat dan lebih pandai dari dirinya yang sebenarnya.
Memang benar Trump punya banyak prestasi ekonomi sebelum terjadinya Covid-19 seperti pertumbuhan ekonomi kecilnya angka pengangguran dan sebagainya. Tetapi publik Amerika tetap harus kritis dan waspada terhadap Trump karena juga ada usaha curangnya seperti mau mengundurkan Pilpres AS 3 November 2020 yang akan datang dan sebagainya.
Sama dengan publik di AS, publik di Indonesia juga harus kritis dan waspada terhadap elit politik yang sering melontarkan kata-kata yang indah kepada masyarakat seperti ‘presidential treshold‘ itu untuk memperkuat sistim presidential tapi sesungguhnya ujung-ujungnya untuk memeras calon presiden dan menaikkan tarif uang mahar dari pilpres ke pilpres.
Oleh karena itu, agar calon presiden terbuka untuk semua putra-putra terbaik bangsa tanpa hambatan uang mahar dan sebagainya, ‘presidential treshold‘ harus dihapuskan atau menjadi nol persen.
Oleh Abdulrachim K, Analis Kebijakan Publik