KedaiPena.com – Berkembangnya kendaraan berbasis listrik (electric vehicle – EV) menyebabkan permintaan akan baterai juga meningkat secara signifikan. Karena itu, pemerintah juga mempersiapkan infrastruktur penyedia baterai nasional untuk memenuhi kebutuhan yang diperkirakan mampu mencapai 59 GWh pada tahun 2035.
Direktur Utama Aneka Tambang (Antam), Nico Kanter menjelaskan, pengolahan nikel terbagi menjadi dua kelas. Nikel kelas dua ini ialah pengolahan nikel menjadi pig iron atau feronikel yang selanjutnya akan menjadi stainless steel, yang dilakukan oleh mayoritas pabrik besar di Indonesia, seperti di Morowali.
“Sementara, Nikel kelas satu adalah pengolahan nikel untuk menjadi Mix Hydroxide Precipitate (MHP) atau Mix Sulfide Precipitate (MSP) yaitu bahan-bahan untuk prekursor atau katoda yang nantinya akan menjadi baterai kendaraan listrik. Ini yang belum ada pabriknya di Indonesia,” kata Nico dalam RDP dengan Komisi VI DPR RI, Senin (12/9/2022).
Ia menyebutkan saat ini, Antam baru saja melakukan penandatanganan Framework Agreement sebagai dasar perjanjian untuk pembangunan smelter, katoda, prekursor, baterai dan recycling.
Diinformasikan, Maret lalu, Antam sudah menandatangani dua framework agreement. Pertama dengan perusahaan China, Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd (CBL), yang merupakan konsorsium dari perusahaan pembuat pabrik, pembuat prekursor dan baterai kendaraan listrik. Kedua, dengan perusahaan LGS, konsorsium dari Korea, yang beranggotakan LG Solutions, Post co dan Hyundai.
“Untuk di hulu, Antam sebagai pemilik bahan baku, akan menandatangani Joint Venture (JV) Agreement dengan CBL dengan 51 persen equity. Sementara CBL atau LG akan memiliki 49 persen equity,” ucapnya.
Setelahnya, akan dibangun Smelter, dengan berdasarkan JV Agreement, Antam dan IBC (red: perusahaan yang dimiliki oleh Mind.id, Antam, Pertamina, dan PLN) akan memiliki 40 persen saham, Sementara CBL dan LG akan memiliki 60 persen saham.
“Semakin ke hilir, persentase akan semakin mengecil. Rencananya, pabrik end to end CBL di Halmahera Timur,” ucapnya lagi.
Nico menyatakan bahwa dalam JV Agreement, yang akan terlibat adalah anak perusahaan Antam, yaitu SDA untuk CBL dan KSA untuk LG, dengan IBC.
“Ini merupakan projek pertama baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia, sesuai amanat Presiden. Kami mohon dukungan dari DPR,” tandasnya.
Terkait valuasi sumber daya yang akan dipasok Antam dalam proyek baterai listrik ini, Nico mengakui, pihaknya sedang melakukan perhitungan yang komprehensif dibantu dengan konsultan teknikal. Pasalnya, sumber daya ini yang akan menjadi modal Antam nantinya.
“Sebelum menginvestasikan tentunya harus mendapatkan persetujuan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), jadi kami akan valuasi ini dengan sebaik mungkin. Itu adalah sumber yang di-convert sebagai cadangan dan akan dihitung. Hasil hitungan ini akan menjadi modal di RKAF maupun di HPAL,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa