Artikel ini ditulis oleh Alkautsar, Sekretaris DPC Partai Demokrat Jakarta Pusat, Demisioner Ketua Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi Wilayah DKI Jakarta.
Sebentar lagi penyelenggaraan pemilihan umum akan dilaksanakan. Berbagai tokoh muncul ke permukaan sebagai kandidat yang akan bertarung untuk menjadi pemimpin selanjutnya. Namun, di antara beberapa tokoh tersebut, hanya Anies & AHY yang mewakili kehendak publik untuk melakukan perubahan dan perbaikan dalam mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi serta lingkungan. Mengapa ?
Pertama, AHY dan Anies bukan bagian dari kekuasaan saat ini. Secara otomatis memudahkan aktualisasi gagasan besar dalam melakukan perbaikan dan perubahan ketika mereka terpilih nantinya. Apalagi AHY Ketua Umum Partai Demokrat, sebagai partai anti-tesa kekuasaan seringkali sikap partainya di parlemen menyatu dengan tuntatan massa yang dapat diukur dalam hasil lembaga survei dengan menempatkan Partai Demokrat dalam Top 3 dan 4 besar. Tandanya masyarakat memiliki harapan besar terhadap AHY dan Demokrat.
Kedua, Anies dan AHY memiliki latar belakang yang berbeda. Anies berasal dari kalangan sipil, sementara AHY berasal dari kalangan militer. Perpaduan yang cocok untuk memimpin. Selain itu, Anies memiliki rekam jejak yang baik sebagai akademisi dan AHY sangat cemerlang ketika berkarir dalam militer karena meraih beberapa penghargaan.
Ketiga, Anies dan AHY mewakili kalangan yang berbeda. Anies yang dicitrakan mewakili genarasi boomers, sementara AHY sangat dekat dengan generasi anak muda (millenial & Gen-Z) yang dianggap sebagai pemilik zaman hari ini. Keduanya dianggap mampu untuk mengakomodir kepentingan kalangan di atas.
Keempat, Anies dan AHY memiliki kesamaan dalam kepemimpinan. Anies selama menjadi Gubernur DKI Jakarta sangat toleran terhadap perbedaan. Sementara AHY sebagai pimpinan partai politik juga sangat toleran yang ditandai dengan struktur partai diisi oleh berbagai latar belakang agama, ras, dan suku.
Kelima, Anies dan AHY tdk pernah melakukan gimmick untuk meraup empati warga negara. Keduanya melakukan kerja kongkrit untuk menangkap kemauan warga negara. Misalnya untuk memberi kenyamanan warga DKI dalam memakai jasa transportasi, Anies melakukan modernisasi transportasi. Selain itu mengubah kampung kumuh di Jakarta menjadi kampung yang sehat dan nyaman untuk ditinggali. Dilain sisi, AHY dalam menampung aspirasi pemuda mendirikan The Yudhoyono Institute dan komunitas untuk mengaktualisasi minat & bakat generasi muda.
Gambaran di atas dapat dijadikan indikator bahwa pasangan Anies-AHY sebagai pasangan paten untuk memenangkan pemilu karena menjadi anti-thesa dari kekuasaan yang menyengsarakan rakyat saat ini. Kita pernah memilih yang salah, namun harapan kembali muncul dalam diri Anies-AHY.
Kita paham bahwa kekuasaan saat ini cenderung melakukan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya. Kekhawatirannya meraka akan menggunakan kekuasaannya untuk memanipulasi kasus hukum yang memfitnah kedua calon dalam manahkodai perubahan & perbaikan bangsa ini. Perlunya keterlibatan luas warga negara dalam mengawal mereka sampai menang.
[***]