KedaiPena.Com- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan garis kemiskinan Indonesia sebesar Rp 458.947 per kapita per bulan di September 2020. Angka ini sendiri alami peningkatan 4,18% dibandingkan September 2019 dan naik 0,49% di bulan Maret 2020.
Menaggapi hal tersebut, Kepala BPS Banten Adhi Wiriana mengatakan, kenaikan angka kemiskinan di perkotaan dipengaruhi oleh mayoritas masyarakat yang bekerja di dunia perindustrian dan terkena PHK karena dampak Covid-19.
“Sehingga jadi ada peningkatan penduduk miskin yang cukup besar di kota, naik sekitar 0,82 persen atau naik 67 ribu. Kalau di desa karena sebagian besar bergerak dipertanian, pertanian kan kurang terdampak, otomatis kenaikan penduduk miskin sedikit,” ujar dia saat dihubungi oleh KedaiPena.Com, Senin, (15/2/2021).
“Dari data kita yang bekerja disektor formal tadinya kan 57 persen, arti yang di industri dan diperusahaan dan sebagainya diakhir 2020 Agustus, turun menjadi 50 persen,” ungkapnya.
Meski demikian, Adhi mengatakan, disisi lain, angka pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) atau informal justru mengalami kenaikan dari 40 persen menjadi 48 persen.
“Sektor informal kenapa meningkat karena mereka kan mudah masuk dan mudah keluar, tadinya yang di PHK dari industri tadi,” imbuhnya.
Sementara pengaruh paling besar, Adhi mengaku, disebabkan oleh non komoditi, hal itu karena garis kemiskinan terdapat dua komoditas yang dipantau, yaitu makanan dan non makanan.
“Jadi orang-orang miskin itu kita pantau belanjaannya apa nih. Misalnya tadikan di september 2020 itukan sekitar 515 ribu, itu ternyata 18 persen dari 15 ribu itu mereka gunakan untuk beli rokok. Kemudian beras 12 persen, susu bubuk 3 persen. Karena mereka di PHK kan nganggur, jadi lebih banyak ngelamun, mungkin juga stres, jadi konsumsi rokok lebih tinggi,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan