KedaiPena.com – Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi PDIP, Bane Raja Manalu mengatakan bahwa Pemerintah harus mencari solusi sebagai langkah untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar terkait dengan wacana penutupan pabrik PT Sanken Indonesia.
“Pemerintah harus proaktif merespons masalah ini. Hak pegawai yang terancam PHK harus terpenuhi, harus juga membaca apakah ini termasuk ancaman deindustrialisasi,” kata Bane dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/2/2025).
Selaku anggota komisi yang membidangi urusan perindustrian, Bane mengatakan bahwa rencana penutupan pabrik PT Sanken Indonesia harus menjadi pengingat akan ancaman deindustrialisasi, yakni kondisi ketika peran industri manufaktur dalam perekonomian negara menurun.
Deindustrialisasi, lanjutnya, dapat diukur dari penurunan keluaran (output), lapangan kerja, dan pangsa ekspor manufaktur. Jika terjadi, hal itu dinilai bisa berdampak fatal pada perekonomian nasional.
“Pemerintah harus punya data akurat seperti sektor keuangan dan perbankan untuk memitigasinya. Faktanya pabrik-pabrik tutup dan ribuan orang terdampak maka orang miskin baru akan bertambah,” ujarnya.
Bane pun menyoroti data Kementerian Ketenagakerjaan bahwa jumlah pekerja yang mengalami PHK sepanjang 2024 mencapai lebih kurang 80.000 orang. Jumlah itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan data tahun 2023 yang berkisar 60.000 orang.

Apabila pabrik tutup, akan banyak orang kehilangan lapangan kerja sehingga berdampak pada daya beli. Oleh karena itu, Bane mendorong Pemerintah untuk memaksimalkan langkah nyata.
“Regulasi harus dibenahi, impor barang jadi harus diperketat supaya tidak mengganggu daya saing pasar domestik, bersamaan dengan peningkatan kualitas produksi dalam negeri,” ujarnya lagi.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa pabrik industri peralatan listrik Sanken, yang berlokasi di Kawasan Industri MM2100, Cikarang, Jawa Barat, berencana menghentikan produksinya pada bulan Juni 2025.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Setia Diarta di Jakarta, Rabu (19/2), mengatakan bahwa fasilitas yang hendak tutup merupakan pabrik yang 100 persen berasal dari hasil penanaman modal asing (PMA).
Menurut Setia, tingkat produksi pabrik tersebut memang secara bertahap menurun. Hingga tahun 2024, utilitas dari fasilitas itu hanya 14 persen.
Ia mengatakan bahwa penutupan Sanken di MM2100 Cikarang merupakan permintaan langsung dari induk perusahaan di Jepang karena akan mengubah basis produksi menjadi semikonduktor.
Laporan: Ranny Supusepa