KedaiPena.Com – Langkah dan antisipasi pemerintah dalam menanggulangi kasus Covid-19 ke depan mulai dipertanyakan oleh Anggota Dewan di Senayan. Ialah Anggota DPR RI Fraksi PDIP Darmadi Durianto yang mempertanyakan hal tersebut.
Pasalnya, kata Darmadi, berdasarkan data yang ada kasus Covid-19 ke depan diprediksi bakal mengalami lonjakan yang cukup serius.
“Berdasarkan data yang ada, prediksi IHC per 1 Juli saja sudah tembus di angka 94.308 kasus. Dan di 1 Agustus kasus harian Covid-19 bisa mencapai 218.308 kasus dimana untuk kasus asimptomatik mencapai 30%, Kasus ringan 29%, kasus sedang 30%, kasus berat 6% dan kasus kritis 5% ; Per 1 September bisa mencapai 342.308 kasus,” ungkap Politikus PDIP itu kepada wartawan, Kamis, (8/7/2021).
Kasus harian tersebut akan semakin mengkhawatirkan, lanjut Darmadi, jika kesiapan Pemerintah saat ini dalam hal menyediakan obat-obatan dan vitamin misalnya terlihat masih kedodoran.
Padahal, lanjut Darmadi, obat-obatan dan vitamin adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan masyarakat guna meningkatkan imun tubuh agar terhindar dari Covid-19.
“Produksi obat dari pabrik BUMN sudah 3 shift sekarang dan full capacity dan saya kira ini gak akan mampu memenuhi jika lihat prediksi kasus harian Covid-19 ke depan. Selama ini obat dan vitamin di handle oleh Biofarma, Indofarma dan Kimia Farma yang saya kira tiga BUMN ini tidak akan mampu penuhi kebutuhan. Harus ada alternatif lain agar kita mampu penuhi pasokan sebagai langkah antisipatif,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI itu.
Darmadi juga mengingatkan agar para pembantu presiden Jokowi menyampaikan data secara transparan kepada presiden.
“Jangan sampai semua bilang dijamin aman depan presiden. Tapi realnya tidak aman. Sembako aman, obat aman, vitamin aman, oksigen aman. Jadi yang tidak aman apa?” tandasnya.
Tak hanya soal obat-obatan dan vitamin, Darmadi pun mempertanyakan ketersediaan fasilitas kesehatan lainnya yang masih jauh dari rasio kecukupan.
“Misal bed density kita rasionya ada di skala1:0. Artinya 1 bed diperebutkan 1000 orang. Padahal rata-rata global 4:8 dan Asean 3:3. Jelas ini kita masih sangat jauh angka bed density kita jika dibandingkan dengan Asean maupun global,” kata Bendahara Megawati Institute itu.
Darmadi juga meminta agar Pemerintah menjelaskan secara detil terkait angka ketersediaan ruangan yang terpakai oleh pasien dengan gejala ringan (asimptomatik).
“Ini harus dijelaskan berapa ruangan yang terpakai pasien dengan gejala ringan (asimptomatik) biar jelas karena bisa saja orang dengan gejala ringan mendapat ruangan sementara pasien yang benar-benar membutuhkan tidak dapat ruangan karena penuh, Kita berharap segera ada koordinasi yang efektif ditingkat atas untuk antisipasi perubahan supply-demand yang akan terjadi secara cepat,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi