KedaiPena.Com – Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas H Pareira mengatakan, Ahok sebenarnya tidak membutuhkan partai-partai politik dan konstituen parpol untuk memenuhi hasrat berkuasa di DKI Jakarta.
“Ahok lebih melihat parpol hanya sebagai “kuda tunggangan’ nya untuk mencapai tujuan, untuk berkuasa di DKI. Cara berpikir pak Ahok sangat pragmatis semua cara bisa digunakan. Entah itu ‘Teman Ahok’, entah itu parpol atau apapun alat yang digunakan. Yang penting adalah dia berkuasa,” ungkap Andreas di Jakarta, Sabtu (20/8).
Menurut Andreas, setelah hasrat berkuasa itu telah dicapai oleh Ahok. Maka alat-alat yang ia gunakan akan dicampakkan begitu saja.
“Setelah berkuasa dan dirasakan tidak ada manfaatnya lagi maka dengan mudahnyaAhok akan mencampakan ‘alat’ yang pernah digunakan untuk meraih kekuasaan,” tambahnya.
Terbukti, tambah Anderas, dimana dalam karir politikAhok, yang loncat dari satu parpol ke parpol yang lain. Dimulai dari Partai Indonesia Baru (PIB) untuk jadi Bupati di Belitung. Kemudian loncat ke Partai Golkar ketika menjadi anggota DPR-RI, selanjutnya loncat lagi ke Gerindra untuk pencalonan Pilgub 2012.
“Ketika terpilih menjadi Wagub dengan mudahnya Ahok meninggalkan Gerindra. Menjelang pilgub 2017 Ahok membentuk Tim Sukses Teman Ahok untuk melalui jalur perseorangan dan berkoar-koar sudah mengumpulkan 1 juta KTP,” katanya.
Lebih jauh Andreas mengungkapkan, belum sempat Ahok bereksperimen dengan jalur perseorangan, Ahok kembali loncat mencari dukungan dari parpol. Bahkan dari parpol yang pernah dengan mudah ditinggalkan pada 2012.
“Sekarang, konon dukungan dari tiga parpol, Ahok coba mendekati PDIP yang sebenarnya setia mendukungnya selama 2012 sampai saat ini. Pola yang dipakaiAhok, mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader,” ungkap Andreas.
Adu domba yang dilakukan itu, kata Andreas, yakni antara Djarot dengan partainya sendiri yakni PDI Perjuangan.” Ahok dengan licik mencoba mengadu domba antara Djarot dengan partainyaPDIP. Berlindung dibalik “ceritanya’ tentang dukungan dari Ketum PDIP. Ahok sedang memainkan politik memecah belah,” tambahnya.
Dengan track record loyalitasnya yang buruk tersebut, lanjut Andreas, maka political tricky Ahok yang sangat licin. Ia pun meyakini, selain PDI Perjuangan, partai-partai lain perlu berpikir ulang untuk mengusung Ahok.
“Namun, parpol-parpol yang sudah mendukung pun, perlu berpikir lagi untuk dukungannya pada Ahok. kalau tidak hendak menjadi korban pragmatismeAhok,” sarannya.
(Dom)