KedaiPena.Com – Analis Sosial Politik yang juga Direktur IPI, Karyono Wibowo mengaku sepakat, dengan wacana rekonsiliasi yang digaungkan oleh sejumlah pihak pasca kepulangan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) ke tanah air.
“Saya sepakat, rekonsiliasi nasional merupakan kebutuhan bangsa agar tidak terjebak ke dalam kubangan konflik yang berkepanjangan,” kata Karyono dalam keterangan persnya, Rabu, (11/11/2020).
Namun demikian, lanjut Karyono, yang terjadi, wacana rekonsiliasi mengalami bias makna dan salah kaprah. Padahal, kata dia, rekonsiliasi itu harus memiliki urgensi, tujuan dan kerangka atau konsep rekonsiliasi.
“Dari aspek urgensi, rekonsiliasi memang diperlukan, mengingat sepanjang perjalanan bangsa ini masih terbebani konflik masa lalu. Namun demikian tidak mudah untuk mewujudkan rekonsiliasi,” papar Karyono.
Tidak hanya itu, lanjut Karyono, rekonsiliasi memerlukan komitmen kuat untuk menghapus dendam demi mengakhiri konflik.
“Masalahnya, konflik masa lalu justru dikelola untuk tujuan tertentu yang malah memperpanjang dan memeruncing konflik. Konflik lama justru kerap direproduksi, diduplikasi dan dimodifikasi untuk tujuan tertentu,” tegas Karyono.
Ujungnya, tegas Karyono, yang terjadi bukan rekonsiliasi nasional dan bertujuan untuk mengakhiri konflik. Tetapi malah, yang terjadi adalah kompromi politik sebatas kepentingan elit.
“Rekonsiliasi akhirnya terdistorsi menjadi sebatas kompromi elit. Upaya rekonsiliasi seperti ini niscaya tidak akan menyelesaikan akar persoalan,” tegas Karyono.
Karyono melanjutkan, rekonsiliasi sendiri pernah mencuat saat Pilpres 2019 yang berujung rusuh. Kondisi itu, seketika membuat pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin sebagai pemenang berkenan merangkul Prabowo Subianto yang menjadi lawan politiknya selama dua kali Pilpres berturut-turut.
“Upaya merangkul lawan politik itu menggunakan terminologi rekonsiliasi dengan dalih “the winner doesn’t take it all“, pemenang tidak mengambil semuanya. Ujungnya, Partai Gerindra masuk ke dalam koalisi pemerintahan dan mendapat jatah dua menteri. Rekonsiliasi akhirnya terdistorsi menjadi sekadar koalisi,” tandas Karyono.
Sebelumnya, wacana rekonsiliasi mencuat setelah disampaikan oleh Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan pasca kedatangan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia.
“Saya berharap kedatangan Habib Rizieq menjadi momentum untuk bersatu kembali, pilpres sudah selesai dan saatnya kita bersama kembali sebagai saudara,” kata Zulhas.
Demikian disampaikan oleh Zulhas saat menghadiri peringatan Maulid Nabi yang digelar DPP PAN di Pondok Pesantren Al Mubarok Serang, Banten, Selasa (10/11/2020).
Laporan: Muhammad Lutfi