KedaiPena.com – Sebagai generasi penerus bangsa ini, anak Indonesia ternyata masih membutuhkan beberapa perlindungan. Tak hanya dari aspek kesehatan, tapi juga dalam aspek sosial budaya dan gender.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Endang Achadi menyampaikan permasalahan stunting menjadi salah satu cikal bakal penghambat kesejahteraan anak.
“Seribu hari pertama kehidupan sangat menentukan risiko terjadinya penyakit. Sebab pada periode tersebut, terutama di dalam kandungan, dimulainya pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Jika periode ini tidak dilalui dengan baik maka akan menimbulkan penyakit yang bersifat permanen,” kata Prof. Endang dalam kegiatan webinar Hari Anak Nasional 2022 hasil kolaborasi MPI dan Dharma Wanita Persatuan KBRI (Kuwait City), ditulis Minggu (24/7/2022).
Selain itu, ia menyebutkan tidak baiknya periode 1000 hari pertama juga berdampak pada pembentukan kecerdasan dan risiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke, pada usia dewasa, dan stunting pada anak-anak.
“Nah inilah yang menyebabkan kita melahirkan generasi lemah karena kecerdasan yang rendah sehingga mengurangi produktivitas,” tuturnya.
Selain permasalahan kesehatan sebagai hak dasar, ancaman terhadap perlindungan anak juga terjadi dari aspek sosial dan budaya.
Hal ini disampaikan oleh Ketua KPAI, Susanto yang menyatakan anak Indonesia masih belum terlindungi sepenuhnya.
“Negara telah hadir dalam perlindungan anak yang dibuktikan dengan adanya banyak regulasi, namun banyak tantangan dalam implementasinya,” ungkapnya.
Sementara, Anggota Maju Perempuan Indonesia (MPI), Nursyahbani Katjasungkana, sebagai peserta seminar menekankan tentang kekosongan regulasi tentang relasi gender.
Ia menekankan tentang pentingnya strategi nasional perlindungan anak dan perempuan dalam sistem.
“Gender stereotype sudah tertanam dalam masyarakat, perlu upaya untuk mengatasi hal ini,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh