KedaiPena.Com – Presiden Joko Widodo semasa kampanye pilpres 2014 pernah menjanjikan kemandirian di sektor pangan. Jokowi begitu ia dipanggil menargetkan swasembada pangan dan mencetak lahan pertanian seluas empat juta hektar di masa kepemimpinanya.
Tiga tahun sudah berjalan pemerintahan berjalan, janji Jokowi untuk membentuk kemandirian dan swasembada pangan masih angan-angan semata. Sebab, keran impor sejumlah komoditas kembali dibuka salah satunya ialah beras.
Pemerintahan Jokowi melalui Kementerian Perdagangan (Kemdag) malah kembali membuka keran impor beras sebesar 500.000 ton. Alasanya, stok ketersediaan beras di Indonesia saat ini mulai menipis.
Anggota Komisi VI DPR RI, Sartono Hutomo menyayangkan, kembali dibukanya keran impor sejumlah komoditas utamanya beras. Sartono menyebut bahwa Presiden telah melanggar janji semasa kampanye.
“Padahal kan cita-citanya ingin kemandirian pangan ini. Dari pada kita bangun infrastruktur sebaiknya fokus wujudkan kemandirian pangan bangsa kita dapat tegak berdiri di era dinamika politik globalisasi seperti saat ini,” imbuh Sartono kepada wartawan, Senin (5/2/2018).
Sartono pun mengaku heran dengan kembali dibukanya keran impor beras saat kementerian pertanian dan sejumlah Gubernur di beberapa wilayah menyatakan surplus ketersediaan beras. Sartono pun menduga ada kepentingan politik dibalik kebijakan impor tersebut.
“Saya dan teman-teman (Komisi VI) beranggapan bahwa momen impor beras ini tidak pas,” tegas politikus Partai Demokrat ini.
Saat ditanya apakah Komisi VI DPR RI akan membentuk panitia kerja (panja) terkait kebijakan impor beras yang dilakukan oleh Kemendag, Sartono menegaskan siap menginisiasi panja di Komisi VI.
“Yang jelas kita tidak ingin ada permasalahan-permasalahan hukum di kemudian hari. Kami sebagai anggota DPR mengingatkan itu impor itu karena departemen pertanian dan beberapa daerah menyatakan itu surplus beras saat ini. Saya pikir kalau tetap di jalankan dan tidak ada landasan yang jelas pasti akan kita sampaikan dalam rapat internal komisi VI,” pungkas Sartono.
Laporan: Muhammad Hafidh