KedaiPena.Com – Polemik amplop ‘serangan fajar’ politikus Golkar Bowo Sidik Pangarso kian memanas. Teranyar, anggota DPR Komisi VI DPR ini menyembut nama Nusron Wahid dalam pusaran suap yang menimpa dirinya.
Eks Pimpinan Komisi Pemberantasan KorUPSI (KPK), Haryono Umar mengatakan, pernyataan Bowo dapat dijadikan sebagai tambahan data untuk proses penyelidikan. Termasuk dugaan penggunaan amplop serangan fajar tersebut untuk kepentingan pasangan 01 Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Informasi itu bisa dijadikan sebagai tambahan data untuk dikembangkan lebih lanjut oleh KPK,” ujar Haryono dalam perbincangan dengan KedaiPena.Com, ditulis Jumat (12/4/2019).
Haryono juga menilai keberadaan cap jempol pada amplop yang dipersiapkan Bowo juga patut dijadikan barang bukti oleh lembaga anti rasuah. Caranya, dengan menguji cap jempol pada amplop tersebut.
“Perlu sebagai barang bukti. Tapi memang di buktikan dulu motif terkait uang itu, kemudian baru bisa mengarah pada dugaan tertentu,” jelas Haryono.
Senada dengan Haryono, Ketua Asosiasi Ilmuwan Praktisi Hukum Indonesia, Azmi Saputra menilai bahwa keberadaan cap jempol pada amplop serangan fajar Bowo Sidik perlu diperiksa.
“Jempol sangat perlu diperiksa karena identifikasi sidik jari setiap orang beda beda agar terang dan jelas siapa pelaku dan motif pelaku dalam berbuat hal tersebut,” kata dia dihubungi terpisah.
Azmi menilai bahwa pemeriksaan barang bukti seperti kasus yang menimpa Bowo Sidik sudah banyak dilakukan sebelumya. Hal itu diperlukan untuk menguatkan dugaan pada kasus seperti ini.
“Banyak namanya labfor, labotorium forensik. Bisa juga tim inafis untuk meyakinkan kasus ini,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh