KedaiPena.Com – Analis dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR) Gede Sandra menepis, anggapan jika bunga pinjaman Pemerintah ke World Bank (WB) jauh lebih murah dibanding pinjaman BRI ke konsorsium bank yang dilakukan baru-baru ini.
“Jika dihitung total bunga majemuk (compound interest, bunga berbunga) yang harus dibayar BRI selama 5 tahun adalah = (1+2%)^5 = 10,4%. Jadi misalkan BRI meminjam $100juta, maka total bunga yang dibayar BRI pada tahun ke-5 adalah $100juta x 10,4% = $10,4juta,” ungkap Gede, kepada wartawan,Minggu, (24/5/2020).
“Sedangkan, total bunga yang harus dibayar Pemerintah Indonesia ke WB-ADB adalah = (1+1,5%)^20 =34,7%. Jadi misalkan Pemerintah meminjam jumlah yang sama dengan BRI, $100juta, maka total bunga yang harus dibayar Pemerintah pada tahun ke-20 adalah = $100juta x 34,7% = $34,7juta,” sambung Gede.
Dengan demikian, lanjut Gede, total bunga yang harus dibayar Pemerintah adalah 3,3 kali lipat lebih mahal dari yang dibayarkan BRI.
Selain itu perlu diingat, kata Gede, pada masa lalu pinjaman dari grup WB kepada pemerintah Indonesia selalu dibarter dengan kewajiban Pemerintah Indonesia untuk mengesahkan UU liberalisasi dan privatisasi.
“Bukan tidak mungkin akan ada kebijakan atau undang-undang titipan dari WB yang menyertai pinjaman berbunga murahnya ke depan. Jelas ada biaya yang sangat mahal, bila ditinjau dampaknya pada kerusakan ekonomi Indonesia akibat penerapan kebijakan dan UU titipan ini,” tegas Gede.
Tidak hanya itu, lanjut Gede, tidak tepat jika membandingkan durasi penerbitan SUN pemerintah pada April yang berjangka waktu 10 tahun dengan suku bunga 3,9 persen dengan Bank Mandiri yang memiliki rating sama seperti BRI.
“Perlu diingat. SUN Global Bond yang diterbitkan Pemerintah tidak hanya yang bersuku bunga 3,9% (versi RI1030, sebesar $1,65miliar, tenor 10,5 tahun), tetapi pada saat bersamaan juga ada versi yang bersuku bunga 4,25% (RI1050, sebesar $1,65miliar, tenor 30,5 tahun), dan 4,5% (RI0470, sebesar $1miliar, tenor 50 tahun),” imbuh Gede.
Gede melanjutkan, jika diketahui bahwa sejak awal 2020 telah terjadi fenomena inverted yield curve, atau kurva yield terbalik pada pasar surat utang dollar AS (treasury bond). Kondisi ini terjadi saat surat utang jangka panjang memiliki yield lebih murah dari surat utang jangka pendek.
“Jadi wajar bila tingkat bunga surat utang Bank Mandiri yang bertenor 5 tahun lebih mahal dibandingkan dengan surat utang Pemerintah (RI1030) yang bertenor 10 tahun. Namun juga, seharusnya Indonesia bisa mendapatkan bunga lebih murah untuk surat utang yang bertenor 30 tahun (RI1050) dan 50 tahun (RI0470), bila dibandingkan surat utang tenor 10 tahun (RI1030). Aneh bila pada saat kondisi inverted yield curve ini Indonesia tetap mendapatkan bunga lebih tinggi untuk surat utang yang bertenor lebih panjang,” tegas Gede.
Gede melanjutkan, jika dibandingkan dalam aspek total bunga. Total bunga majemuk yang harus dibayar Bank Mandiri selama 5 tahun hanya 24%.
Jadi, tegas Gede, misalkan Bank Mandiri pinjam $100juta, maka hingga tahun ke-5 Bank Mandiri harus membayar total bunga yakni $100juta dikalikan 24% yang berarti hanya $24juta.
“Total bunga yang harus dibayar Pemerintah (dalam SUN versi RI1030) selama 10,5 tahun adalah = (1+3,9%)^10,5 = 49,4%. Jadi misalkan Pemerintah meminjam dengan nilai yang sama dengan Bank Mandiri, $100juta, maka hingga tahun ke-10,5 Pemerintah harus membayar total bunga = $100juta x 49,4% = $49,4juta,” tegas Gede.
“Dengan cara perhitungan yang sama, untuk SUN versi RI1050 total bunganya = (1+4,25%)^30,5 = 255,8%. SUN versi RI0470 total bunganya = (1+4,5%)^50 = 803%,” papar Gede.
“Artinya total bunga yang harus dibayar Pemerintah. Untuk SUN RI1030 = 2 kali lebih mahal dari total bunga Bank Mandiri, untuk SUN RI0470 = 10 kali lebih mahal dari total bunga Bank Mandiri dan untuk SUN RI0470 = 33 kali mahal dari total bunga Bank Mandiri,” tambah Gede.
Dengan demikian, tegas Gede, jila dilihat dari tingkat bunga, memang sekilas bunga pinjaman pemerintah tampak sedikit lebih murah dari bunga pinjaman Bank BUMN.
“Namun, bila dihitung berdasarkan total bunga yang harus dibayar hingga berakhirnya tenor, pinjaman yang didapatkan Pemerintah sangat mahal berkali hingga berpuluh kali lipat,” papar Gede.
Gede pun berharap, agar kesalahan menghitung yang mengira bunga pinjaman saat ini sudah murah jangan sampai membuat anak cucu Bangsa Indonesia harus terbebani di masa depan.
Laporan: Muhammad Lutfi