KedaiPena.Com – Aktivis 98 Ubedilah Badrun mengemukakan bahwa ada dua hal serius yang penting untuk dievaluasi di tahun 2019 nanti. Dua hal tersebut adalah problem elit politik dan problem sistem politik.
Hal tersebut turut disampaikan oleh Ubed begitu ia disapa saat Refleksi Akhir Tahun 2018 dengan tajuk Refleksi Politik Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Komunitas Mazhab Rawamangun (KMR) yang dikelola oleh para Aktivis 98 yang fokus pada budaya intelektual.
Ubed begitu ia disapa menyebut bahwa khusus di ranah elit politik problem utamanya ada pada performa yang tidak memiliki rasa kebangsaan karena tidak mengutamakan kepentingan nasional dalam menyelenggarakan negara.
“Di antara faktanya adalah dari 550 kasus korupsi di Indonesia tahun 2018 ini terdapat 322 kasus korupsi politik yang menyangkut elit politik nasional dan daerah. Ini adalah salah satu fakta yang menunjuklan elit poolitik saat ini tidak memiliki rasa kebangsaan. Korupsi itu perilaku yang mengabaikan kepentingan nasional,” papar Ubed kepada wartawan, Minggu (23/12/2018).
Mantan aktivis Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) ini juga menilai bahwa permasalahan tersebut sebagai sebuah problem serius bangsa. Permasalahan ini patut dievaluasi lantaran telah menunjukan fakta tidak efektifnya sistem politik.
Sistem politik, lanjut eks aktivis 98 ini, tidak menggambarkan ideologi kebangsaan dan karenanya tidak efektif. Pemerintahan berjalan tidak pernah mencapai tujuan pemerintahanya.
“Ekonomi stagnan adalah fakta ketidakmampuan sistem politik memproduksi regulasi untuk mendorong percepatan kenaikan angka pertumbuhan ekonomi. Kisaran angka pertumbuhan ekonomi tidak bergeser dari angka kurang lebih 5 persen,” ujar akademisi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bidang Sosial Politik ini.
Sementara Sarbini, aktivis yang pada tahun 1998 menjadi salah satu tokoh penting pendudukan gedung DPR/MPR , mengemukakan bahwa hal yang patut dievaluasi diakhir tahun ini adalah masih kuatnya nuansa permainan politik mendominasi arah politik Indonesia.
“Orientasi kebangsaan hilang di kepala elit politik, karena mereka hanya sibuk melakukan permainan politik. Pola saling menyerang secara emosional di antara elit politik adalah fakta yang menunjukan politik hanya diajadikan arena permainan. Mereka tidak serius memperjuangkan kepentingan nasional,” kata Sarbini, aktivis 98 yang fokus di bidang kebijakan publik ini.
Laporan: Muhammad Hafidh