KedaiPena.Com – Unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus (Ampek) Universitas Andalas yang terdiri atas UKM PHP, BEM Fakultas Hukum, GMNI Berniat, Lam&pk di Padang, Sumatera Barat berakhir ricuh.
Aksi yang awalnya dilakukan karena kehadiran Wakil Presiden Jusuf Kalla pada peresmian Rumah Sakit di Universitas Andalas berujung tindak kekerasan aparat yang berwajib kepada demonstran.
Humas Ampek, Hemi Lavour Febrinandez menyatakan, pada awalnya aksi yang ditujukan untuk menyambut kedatangan wakil presiden berlangsung aman dan tertib.
Meskipun, kata dia, sejak pagi telah berkeliaran polisi ataupun intel untuk mengawasi gerak-gerik mahasiswa. Semakin dekat dengan jadwal pelaksanaan, semakin banyak aparat bersenjata masuk ke dalam wilayah kampus.
“Mendekati jam 09.45 WIB, kami melakukan ‘longmarch’ dari PKM yang menuju titik aksi, yaitu di pertigaan jembatan baru depan PKM. Ketika sudah mencapai titik aksi, kami mengibarkan spanduk yang berisi tuntutan serta berorasi dihadapan aparat bersenjata yang berjumlah kurang lebih 100 orang,” jelas dia saat memberikan keterangan kepada KedaiPena.Com, Sabtu (4/11).
Akan tetapi, lanjut dia, dalam proses penyampaian orasi sangat terlihat jelas adanya upaya dari aparat untuk mencegah mahasiswa. Salah satu yang dilakukan aparat adalah dengan membatasi waktu aksi para mahasiswa menjadi 15 menit.
“Lucu, ketika negara yang menganut sistem demokrasi, malah dibatasi waktunya untuk menyampaikan pendapat. Padahal dalam konstitusi telah dijamin kebebasan menyampaikan pendapat,” ujar dia.
“Dan ketika waktu 15 menit dianggap telah habis, aparat merapatkan barisan ke dalam barisan kami. Kami bereaksi dengan duduk ditempat tapi polisi represif dengan menyeret, memukul, menendang, dan dikata-katai dengan kasar. Kontradiktif dengan fungsinya sebagai pengayom masyarakat,” sambung dia.
Setelah itu, lanjut dia, aksi dibubarkan dengan alasan tidak adanya surat pemberitahuan, padahal mahasiswa telah memberikan surat pemberitahuan sebelum aksi dimulai.
“Miris memang. Akhirnya, sejumlah 16 korban dibawa ke Polresta Padang berikut dengan luka dan bekas sepatu yang menempel di tubuh kami. Sampai saat ini, kami masih ditahan Polresta,” pungkas dia.
Untuk diketahui, aksi ini merupakan respon atas permasalahan yang terjadi belakangan ini. Di antara yang menjadi aspirasi mahasiswa adalah soal pendidikan tinggi yang dalam perkembangannya menuai beberapa permasalahan. Mulai dari tidak adanya transparansi terkait penyaluran dana perguruan tinggi, wacana perguruan tinggi berbadan hukum dengan segala polemiknya.
Tidak hanya itu dana beasiswa khususnya bidik misi dan PPA yang tidak optimal baik dalam proses seleksi maupun penyalurannya, dan akhir-akhir ini tindakan represif aparat terhadap aksi yang dilakukan mahasiswa di beberapa daerah.
Kedatangan JK dianggap merupakan momen yang tepat untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah.
Laporan: Sulistyawan