KedaiPena.Com- Konsolidasi Mahasiswa Nasional Indonesia (Komando) wilayah Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan mengelar aksi renungan atas korban jiwa dan luka-luka dalam aksi unjuk rasa menolak sejumlah rancangan undang-undang (RUU) bermasalah yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa dan juga pelajar di Indonesia.
Aksi renungan yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (28/9/2019), diikuti oleh sejumlah mahasiswa dari universitas yang tergabung dalam Komando yakni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP), Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Universitas Pamulang (Unpam) dan UMJ selaku tuan rumah.
Aksi renungan yang memiliki tema ‘Sejuta Duka Atas Matinya Nurani, ini diikuti oleh ratusan mahasiswa dari ketiga kampus tersebut. Dalam aksi renungan ini para mahasiswa dari empat kampus melakukan giat doa bersama dan tabur bunga untuk para korban jiwa hingga luka-luka tersebut.
“Aksi ini juga digelar karena rasa prihatin kami terhadap gerakan mahasiswa yang dihadap-hadapkan oleh tindakan represif dan arogansi bahkan intimidasi kepada gerakan mahasiswa,” ujar Humas Komando Tangsel, Adit kepada KedaiPena.Com di lokasi.
Adit menilai bahwa, gugurnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo,
La Randi dan M Yusuf Kardawi serta pelajar Bagus Putra Mahendra pada momentum aksi telah menujukan adanya tindakan represif yang dilakukan oleh pihak kepolisian kepada demonstran.
Kondisi itu, lanjut Adit, juga ditunjukan dengan keberadaan ratusan mahasiswa hingga pelajar dari berbagai wilayah di Indonesia yang mengalami luka-luka dan kriminalisasi saat melakukan unjuk rasa.
“Kepolisian telah mencoreng nama baik institusi. Ini sama sekali tidak menunjukkan karakter Jenderal Hoegeng serta tidak menjunjung tinggi tribrata dan caturprasetya yang seharusnya sudah menjadi nurani aparat kepolisian,” papar Adit.
Dengan kondisi demikian, Adit secara tegas meminta, agar negara dapat hadir dan bertanggung jawab dan memberikan perlindungan hukum bagi rakyatnya dalam hal ini mahasiswa dan pelajar.
Sementara itu, mahasiswa IISIP Jakarta Muhamad Abdi Rohman mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan aksi solidaritas dan duka atas mereka yang menjadi korban kekerasan dan tindakan represif yang dilakukan oleh kepolisian.
“Kematian memang adalah takdir, tapi kami sadar bahwa mereka mati dalam takdir juang. Kita ingatkan bahwa tindakan keji yang para aparat lakukan, tidak akan membuat kami takut, tidak akan membuat semangat kami hilang,” tegas dia.
Senada, mahasiswa UMJ Surya Hakim Lubis menyayangkan adanya korban luka-luka hingga jiwa pada saat unjuk rasa. Padahal, menurut Hogay sapaanya, setiap orang yang ingin menyampaikan pendapat telah diatur dan dilindungi oleh UUD 1945.
“Hal-hal yang seperti ini harus segera dihentikan, karena seragam dan senjata yang kalian dapatkan dari rakyat. Tindakan ini sangat jelas menunjukan tindakan represif dan arogansi bahkan intimidasi kepada gerakan mahasiswa,” papar Hogay.
Diketahui, aksi unjuk rasa yang digelar oleh mahasiswa dan pelajar di sejumlah titik kota di Indonesia telah memakan korban jiwa hingga luka-luka.
Ada tiga korban yakni antara lain ialah mahasiswa Universitas Halu Oleo, Immawan Randi dan M Yusuf Kardawi serta pelajar Bagus Putra Mahendra yang tewas saat aksi unjuk rasa yang digelar di sejumlah titik wilayah Indonesia.
Laporan: Sulistyawan