KedaiPena.com – Menindaklanjuti lokakarya pertama pada bulan Maret lalu, Indonesia kembali menjadi tuan rumah Lokakarya Kedua ASEAN Community-based Climate Action yang diselenggarakan selama dua hari pada 3-4 Juli 2024. Lokakarya ini bertujuan untuk memberikan wadah kolaboratif bagi Negara Anggota ASEAN dan para pemangku kepentingan di kawasan tersebut untuk mendiskusikan dan menyempurnakan Strategi Aksi Iklim Berbasis Komunitas berdasarkan studi yang dilakukan. ASEAN Community-based Climate Action ini merupakan bagian dari agenda keketuaan Indonesia untuk ASEAN pada tahun 2023.
Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional pada Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Wahyu Marjaka selaku Indonesia National Focal Point to the ASEAN Working Group on Climate Change (AWGCC) menyampaikan bahwa Aksi iklim berbasis komunitas merupakan hal mendasar dalam upaya ketahanan iklim. Memanfaatkan pengetahuan lokal, tradisi, dan praktik yang nyata di lapangan dapat menciptakan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang relevan dan efektif. Memberdayakan inovasi di tingkat akar rumput dapat membantu dalam memastikan bahwa kebijakan iklim yang dibentuk didukung secara lokal dan memberi dampak baik pada komunitas.
“Strategi kolektif untuk meningkatkan aksi iklim berbasis masyarakat di ASEAN adalah hal yang penting. Dengan mendorong kolaborasi regional, menyelaraskan kebijakan, dan membangun kemitraan parapihak, ASEAN dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas dan jangkauan inisiatif iklim di tingkat lokal. Pendekatan kolektif ini tidak hanya mengatasi tantangan perubahan iklim, tetapi juga membangun masa depan yang tangguh dan berkelanjutan bagi ASEAN. Dengan bekerja bersama, negara-negara ASEAN dapat membuat aksi iklim berbasis masyarakat menjadi kekuatan regional untuk ketahanan dan keberlanjutan iklim,” kata Wahyu dalam keterangan tertulis, Rabu (9/7/2024).
Lokakarya berfokus pada konsultasi dan penyempurnaan studi mengenai aksi iklim berbasis masyarakat yang diterapkan di negara – negara anggota ASEAN. Pada hari pertama, peserta membahas usulan strategi di sektor-sektor prioritas, rencana peningkatan kapasitas, rencana pemantauan dan evaluasi, dan peran potensial partisipasi Non-Parties Stakeholder dalam mendukung program aksi iklim berbasis masyarakat. Di hari pertama, peserta lokakarya terbagi ke dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi mengenai hal-hal tersebut.
Hari kedua dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Kampung Eduwisata Bhinneka Kebon Kosong di Kemayoran. Pada kesempatan ini, seluruh peserta lokakarya melihat contoh aksi iklim berbasis komunitas yang dilakukan oleh Indonesia melalui Program Kampung Iklim yang dilakukan oleh warga Kebon Kosong Kemayoran, Jakarta Pusat. Kampung Wisata Edukasi Bhinneka Kebon Kosong merupakan pemenang penghargaan Proklim Lestari pada tahun 2014, 2015, dan 2023. Fokus utama dari program kampung wisata ini adalah untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar warga melalui kegiatan yang positif serta berfungsi sebagai program edukasi tentang kepedulian lingkungan di level komunitas. Para peserta melihat bagaimana cara warga Kebon Ksong melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di lingkungan mereka, seperti pengelolaan tanaman hidroponik, produksi makanan dan minuman dari hasil kebun yang dikelola oleh warga, pembuatan kolam gizi, dan pengelolaan bank sampah yang berkerjasama dengan sektor swasta, yaitu PT Pegadaian. Hasil tabungan dari bank sampah ini dapat kemudian diproses manjadi tabungan emas.
Studi mengenai aksi iklim berbasis komunitas di ASEAN ini merupakan pengejawantahan Rencana Aksi AWGCC (2021-2025), yang mana dalam kerangka tersebut salah satu aksinya menekankan pada pentingnya pertukaran wawasan dan pengalaman terkait inisiatif iklim berbasis masyarakat lokal. Dari studi ini, diharapkan bahwa Negara Anggota ASEAN dapat mempunyai kumpulan informasi mengenai praktik baik mengenai aksi iklim komunitas, pengambilan keputusan yang baik untuk tindakan iklim yang berkelanjutan yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan Negara Anggota ASEAN dalam merumuskan Rencana Adaptasi Nasional yang kuat.
Acara ini didukung oleh Pemerintah Jerman di bawah inisiatif proyek ASEAN EU – German Climate Program (CAP), yang dilaksanakan oleh GIZ bekerja sama dengan Sekretariat ASEAN dan AWGCC.
Laporan: Tim Kedai Pena