KedaiPena.Com – Industri pariwisata petualangan berkembang pesat dalam kurun waktu 20 tahun belakangan. Namun sayang, hal itu tidak disertai kapasitas manajemen usaha dan dukungan modal yang mumpuni bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Demikian disampaikan praktisi pariwisata petualang, Eko Binarso kepada KedaiPena.Com di Jakarta, Rabu (7/11/2019).
Eko menyampaikan hal ini merespon pernyataan Presiden Jokowi yang mengajak agar industri perbankan juga melakukan edukasi keuangan ke pelosok-pelosok untuk menjamah masyarakat kecil.
“Para peggiat pariwisata alam kebanyakan berasal organisasi kepecintaalaman. Mereka menjalankan hobi jadi memiliki nilai keekonomian serta membuka lapangan kerja,” kata pendiri ‘Rakata Outdoor Activity’ ini.
Perintis wisata alam dan petualangan ini menambahkan, sepengalamannya, usaha wisata petualangan harus memenuhi standar operasional yang baik. Sebab menyangkut faktor ‘safety prosedur’.
“Nah, perlengkapan tersebut harganya tidak murah. Harus standar internasional, demi keselamatan pengguna,” lanjutnya.
Eko menambahkan, untuk mendapatkan peralatan di awal pendirian usaha, bukan hal yang mudah.
“Contoh harga satu set payung ‘paragliding’ Rp50 jutaan. Harga peralatan ‘scuba’ juga demikian, mahal. Lalu juga dayung, perahu, kano, kayak, untuk wisata arus deras,” Eko menambahkan
Padahal wisata petualang sangat tinggi pemimatnya. Dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Sebagai gambaran, pada tutup buku 2018, sektor ini mampu menyumbang devisa terbesar degan nilai mencapai lebih dari USD19,2 miliar.
“Sepanjang sejarah Indonesia merdeka, sangat sulit mendapatkan pinjaman bank untuk sektor wisata, terutama wisata petualangan. Diharapkan pemerintah, khususnya Kemenkop UKM memfasilitasi pinjaman dari perbankan, agar pengusaha sektor wisata petualangan bisa lebih mudah mendapatkan bantuan modal,” ujar Eko.
Tidak selesai di situ, Eko meminta agar pemerintah juga memberikan pelatihan ‘entrepreneurship’ bagi pegiat wisata petualang. Ini harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas manajemen.
“Jangan sampai modal yang didapat malah menjadi beban dalam menjalankan usahanya. Intinya mencetak tenaga profesional,” tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi pun mengajak agar industri perbankan juga melakukan edukasi keuangan ke pelosok-pelosok untuk menjamah masyarakat kecil.
Selain untuk meningkatkan literasi keuangan, hal tersebut juga untuk bisa meningkatkan likuiditas dan penyaluran kredit ke sektor UMKM di daerah.
“Masyarakat bisa dapatkan kredit UMKM dan di saat yang sama juga tingkatkan tingkat likuditas dalam negeri,” kata Jokowi.
Jokowi ingin industri perbankan menjadikan sektor UMKM menjadi prioritas dalam menyalurkan pembiayaan yang menurutnya bisa menekan kesenjangan dan mampu membuat pertumbuhan ekonomi semakin baik.
Ia berharap dengan penyaluran kredit ke sektor UMKM bisa meningkatkan kelas pengusaha mikro menjadi pengusaha kecil, yang kecil menjadi menengah, dan yang menengah menjadi pengusaha besar.
Selain itu pengusaha yang sebelumnya hanya berdagang di tingkat regional berkembang ke tingkat nasional, yang nasional didorong untuk menjadi pemain global.
Laporan: Muhammad Hafidh