Kedaipena.com – Program Sekolah Hijau yang rencananya akan mulai digerakkan pada tahun 2023, dinyatakan sebagai upaya untuk memasyarakatkan sepeda, khususnya bagi siswa/i di sekolah.
Deklarasi Sekolah Hijau telah dideklarasikan di wilayah kota Tangerang Selatan dan Kota Depok yang diwakilkan oleh Walikota TangseL Benyamin Davnie dan Direktur PPU Kementrian LHK Luckmi Purwandari.
Sementara di Kota Depok, deklarasi dibacakan oleh Pesepeda Kadisporyata Dadan Rustandi dan Sesditjen PPKL Kementrian LHK Tulus Laksono.
Akademisi Politeknik Negeri Jakarta, Suripto menyatakan program Sekolah Hijau merupakan program dari Gowes Untuk Bumi (GUB), dimana targetnya untuk menanamkan kebiasaan bersepeda dan peduli lingkungan pada siswa/i yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
“Kita akan berikan pemahaman tentang lingkungan hidup. Kalau di sekolah, mereka hanya belajar ilmu ilmu pengetahuan. Jadi alangkah baiknya jika itu diterapkan ke lingkungan, seperti ilmu pengetahuan alam dan Biologi-nya saja,” kata Suripto yang aktif bersepeda pada Kedai Pena, Minggu (25/12/2022).
Ia menyatakan melalui program Sekolah Hijau, para peserta didik akan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang mereka miliki ke lingkungan.
“Kan jenuh juga kalau belajar seperti hal yang biasa. Harus ada terobosan baru seperti dengan kegiatan gowes. Jadi gowes sambil menanam akan menimbulkan timbul motivasi untuk rasa keperduliannya terhadap lingkungan, yang selama ini semakin banyak orang hampir tidak peduli. Contohnya, sampah dimana mana, itu salah satu bentuk ketidakpedulian,” tuturnya.
Suripto menyebutkan dengan pembiasaan dari sejak dini, para generasi muda bangsa ini akan lebih memahami tentang lingkungan dan akan tumbuh menjadi sosok yang mampu memaknai arti penting lingkungan bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
“Jadi memang harus sejak dini, agar lingkungan tetap bisa terjaga. Apalagi jika dilakukan secara rutin. Apakah sebulan sekali melakukan gowes bersama. Atau per semester diadakan wisata alam,” tuturnya lagi.
Alternatif gowes yang dikolaborasikan dengan kegiatan peduli lingkungan, menurutnya dapat menjadi alternatif bagi kegiatan wisata sekolah di saat kondisi perekonomian yang belum pulih sepenuhnya.
“Banyak sekolah-sekolah yang study tour ke daerah-daerah. Dengan kondisi ekonomi lagi sulit, bisa diganti dengan lokasi yang tidak terlalu jauh dari Depok. Misalnya, di bantaran Sungai Ciliwung. Kegiatannya, menanam pohon yang bisa memberikan manfaat bagi sekitarnya. Seperti menanam pohon buah. Kan belum ada program seperti itu sekarang ini,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Rafik