KedaiPena.Com – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar kembali melontarkan pernyataan yang mengejutkan baru-baru ini. Pria yang biasa disapa Cak Imin, mengacu pada analisa big data perbincangan yang ada di media sosial.
Menurut Wakil Ketua DPR RI ini dari 100 juta subjek akun di media sosial, sebanyak 60 persen mendukung penundaan pemilu dan 40 persen menolak. Hal tersebut menjadi sorotan Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin.
Alvin begitu ia disapa mengatakan, jika penerapan dan penggunaan big data dalam politik harus jelas metodologi. Dalam hal ini perlu diperjelas lebih dulu apakah 100 juta akun yang disebut Cak Imin itu apa.
“Akun dari media sosial apa? Apakah Instagram, Meta (Facebook) atau Twitter?Apakah akun-akun tersebut sudah clear dari kehadiran bot?,” ujar Alvin, Senin,(28/2/2022).
Alvin juga mempertanyakan, pengumpulan data seperti apa yang dilakukan oleh Cak Imin. Apakah big data yang dimaksud Cak Imin ini adalah sentiment analysis di media sosial.
“Dalam hal ini saya melihat publik perlu tahu metodologinya dan validitas serta realibilitas dari hasil,” jelas Alvin.
Kemudian poin penting yang perlu diperhatikan, kata Alvin, adalah big data mampu memberikan gambaran fokus mengenai masing-masing-masing individu tapi jelas tidak bisa merepresentasikan keseluruhan populasi.
“Salah satu alasan sederhanya adalah tidak semua penduduk menggunakan media sosial dan potensi besar di mana 1 orang memiliki lebih dari 2 akun media sosial,” beber Alvin.
Alvin menerangkan, soal klaim data 100 juta ini harus jelas cara pengumpulan datanya. Alvin menuruturkan, pengambilan data untuk big data itu ada 2 tipe yang diturunkan menjadi 4 skema.
“Pertama free data yang bisa didapatkan oleh lembaga resmi pemerintah: BPS melalui sensus penduduk misal. Free. data yang dilakukan ketika publik diminta mengisi survei atau petisi,” jelas Alvin.
Selain itu, kata Alvin ialah, metode purchase yang merupakan data publik yang dibeli dark pihak tertentu. Hanya saja ini ada persoalan etika.
“Data yang dibeli berdasarkan penelitian lembaga tertentu. Nah ini harus jelas teknik pengumpulan datanya juga karena bagian dari teknologi,” jelas Alvin.
Kemudian, Alvin juga menyoroti, klaim ada medsos juga ada 100 juta akun medsos. Pasalnya, saat ini Instagram di Indonesia penggunanya hanya sekitar 90jutaan.
“Twitter di Indo penggunannya tidak lebih dari 16 juta. Kemudian untuk Facebook memang ada sekitar 140 juta pengguna orang Indonesia. Tapi setahu saya setelah kasus kebocoran data di Pilpres AS 2016 lalu oleh Cambridge analytica, sudah ada pengetatan utk mengakses data Facebook,” jelas Alvin.
Dengan demikian, Alvin menyarankan, sebaiknya dasar metodologi dari klaim harus dieprjelas lagi oleh Cak Imin. Alvin menyarankan, untuk persoalan seperti penundaan pemilu, ada baiknya saya menyarankan praktik berdemokrasi yang pernah dilakukan Taiwan melalui program v-Taiwan v kepanjangan dari voice, virtual dan vote.
“Publik diajak untuk memberi masukan dan saran akan satu isu. Dan titik kesepakatan berada di angka 80%,” jelas Alvin.
Laporan: Muhammad Hafidh