KedaiPena.Com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan di Istana Negara beberapa waktu lalu. Spekulasi pun bermunculan soal pertemuan tersebut.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, pertemuan tersebut merupakan komunikasi politik jelang tahun politik yang dimulai tahun depan.
“Komunikasi politik jelang tahun politik mengkomunikasikan ‘golden boy’-nya SBY yaitu AHY (Agus Harimuti Yudhoyono) untuk maju sebagai cawapres atau bisa juga komunikasi politik soal dukungan Demokrat ke Jokowi. Semuanya serba mungkin,” jelas Ujang kepada KedaiPena.Com, Sabtu (4/11).
Kemudian, Ujang meyakini, besar peluang AHY di 2019 untuk melakukan ‘testing the water’ melakukan persiapan pertarungan sesungguhnya di tahun 2024 dengan menjadi cawapres.
“Di 2019 AHY masih ‘check sound’ untuk persiapan pertarungan di 2024. Jadi 2019 harus diperkenalkan dulu ke publik,” jelas Ujang.
Kendati demikian, Ujang menjelaskan, potensi kegagalan AHY untuk maju sebagai cawapres di 2019 sangatlah besar. Kegagalan seperti waktu Pilgub DKI bisa terulang pada 2019.
“Contoh nyata adalah AHY gagal melaju ke putaran kedua pada Pilkada DKI Jakarta. Jadi di 2019 potensi gagal itu ada,” imbuh Ujang.
“Dan seandainya AHY memaksakan diri jadi cawapres lalu kalah. Kekalahan tersebut merupakan investasi jangka panjang. Jadi sekarang dia harus merapat kepada capres yang akan menang,” tandas Ujang.
Sementara kalangan menilai kapasitas AHY pun belum mumpuni lantaran jabatan terakhir cuma kapten. Di zaman Orde Baru, yang jadi bupati atau walikota sekelas kolonel. Bukan apa-apa, semakin tinggi pangkat seseorang berpengaruh pada kematangan memimpin.
Laporan: Muhammad Hafidh