KedaiPena.Com – Pilkada langsung sudah berlangsung berkali-kali. Pada pengalamannya, calon petahana yang bertarung di ‘next election’, gampang-gampang susah untuk menang.Â
“Ya kelebihannya, petahana mengeksekusi program, jadi sudah terkenal, sampe grass root. Sampai RT dan RW. Jadi popularitas sudah dikantongi,” kata pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (1/10).‎
‎
Dalam beberapa kasus ekstrem, popularitas dan elektabilitas petahana begitu tinggi, sehingga tidak terbendung oleh lawan politik.‎
‎
‎”Mengapa calon tunggal muncul. Dalam Pilkada serentak sebelumnya, ada lima daerah yang tidak mampu memunculkan lawan. Ini karena petahana powerfull, sehingga sulit bagi parpol memunculkan lawan tanding. Di banyuwangi misal, saking dipaksakannya, dimunculkanlah calon boneka, dan kalah kemudian. ‎Lalu di Surabaya,” sambung Siri.
‎
Nah, kenapa di Jakarta tidak demikian? Karena jeritan masyaraat begitu besat. Masyarakat itu merasa terpinggirkan karena program yang dijalankan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.Â
“Makanya kenapa yang dibilang Babeh Ridwan (merujuk budayawan Ridwan Saidi yang juga hadir dalam diskusi itu) kuat. Ini soal keyakinan masyarakat juga, ‎bahkan kenapa sampai rumah, masjid mereka digusur. Dan itu serius sekali,” sambung Wiwik, sapaannya.
(Prw)