SETELAHÂ Presdir Podomoro, Ariesman Widjaja tersangkut kasus suap reklamasi dan ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Podomoro pun memasang Cosmas Batubara sebagai nahkoda baru. Begitu duduk sebagai penerus estafet, ia pun langsung tancap Gigi empat.
Bang Cosmas sebagai salah satu pentolan Angkatan 66 langsung menembak keputusan yang diambil oleh Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli yang telah melewati rapat gabungan lintas kementrian.
Salah satu keputusannya, menyetop selamanya reklamasi Pulau G, di mana PT Muara Wisesa Samudra (MWS) adalah pengembang. PT MWS adalah anak usaha Agung Podomoro Land.
Keputusan yang diambil Rizal Ramli dan kawan-kawan ini langsung mendapat perlawanan dari Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok. Sebagai Gubernur DKI yang mengeluarkan izin teknis reklamasi, ia tidak mau terima begitu saja. Perseteruan pun terjadi Ahok melawan Rizal Ramli dan rekan.
Tapi, rupanya, Ahok berhitung dengan siapa dia hadapi. Kompak, Cosmas Batubara yang mantan pejabat Orba itu langsung bersuara lantang, membela Podomoro dengan sejumlah alasannya.
Tapi publik membaca lain. Tampilnya Bang Cosmas ini supaya bisa menggantikan Ahok, yang dijuluki Gubernur Podomoro, tapi keteter menghadapi Rizal Ramli yang terkenal kritis saat Orba. Patut dicatat, Rizal juga pernah mendekam di Penjara saat sebagai Ketua Dema ITB.
Sehingga terlihat sekarang adalah Cosmas Batubara vs Rizal Ramli dan kawan-kawan. Tentunya Podomoro berharap dapat memenangkan pertarungan soal reklamasi ini.
Padahal jika Bang Cosmas mau bijak, mestinya suara kritis aktivis, publik dan nelayan dan juga para pakar di pertimbangkan.
Jangan sampai Bang Cosmas cacat di mata aktivis, nelayan dan publik karena lebih mengutamakan pemilik kapital besar, dibanding harus menghargai keutusan PTUN soal reklamasi, keputusan Rizal Ramli dkk yang menghentikan proyek reklamasi Pulau G untuk selamanya. Tentunya dengan pertimbangan dan alasan yang bukan mengada-ada.
Mestinya Podomoro harus dipaksa taat hukum, aturan dan mendengarkan suara banyak orang. Jangan bela karena potensi bisnis triliunan rupiah yang ada di depan mata.
Oleh: Muslim Arbi, Koordinator Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi.