SANDYAWAN Sumardi alias Sandi dan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok sama-sama lelaki dan warga Indonesia. Namun persamaan berhenti di situ.
Sandi lahir di Jeneponto, Ahok lahir di Manggar. Sandi kurus kering, Ahok tegap atletis. Sandi hidup bersama kaum miskin di kawasan wong cilik, Ahok hidup bersama kaum berada di kawasan wong elit. Sandi warga Jakarta, Ahok Gubernur Jakarta. Sandi tergusur, Ahok penggusur.
Pada saat penggusuran, Sandi berdiri di depan rakyat tergusur, Ahok berdiri di belakang laskar penggusur dan Satpol PP. Sandi penganut mashab Pembangunan Berkelanjutan tanpa mengorbankan lingkungan alam, sosial, budaya dan manusia, Ahok peyakin mashab Pembangunan Berkorban dengan wajib mengorbankan bukan diri sendiri namun rakyat yang tidak berdaya melawan.
Amarah Ahok memuncak akibat Sandi dan ratusan Warga Bukit Duri menolak penggusuran plus dipaksa pindah ke Rusunawa di luar jangkauan kemampuan ekonomis warga yang sudah turun-menurun bermukim di kawasan Bukit Duri. Saking geram, Ahok tidak mampu menahan diri menuding Sandi begana-begini.
Tudingan Ahok terhadap Sandi didukung para pendukung Ahok tanpa paham duduk permasalahan yang sebenarnya. Hujatan terhadap Sandi luar biasa kreatif bahkan fantastis, mulai dari penipu, pelestari kemiskinan, penjual kemiskinan, makelar tanah, pemberontak, anti-pemerintah, provokator, pengkhianat sampai komunis dan kriminal.
Dengan mata kepala saya melihat sendiri betapa Sandi diam, bahkan tersenyum legowo ikhlas menerima segenap tudingan, tuduhan dan hujatan Ahok dan para pendukungnya. Tetapi mereka yang sepaham dalam kemanusiaan dengan Sandi apalagi yang pernah ditolong Sandi, ternyata tidak ikhlas.
Satu persatu dan berkelompok, teman-teman Sandi dari segenap penjuru Nusantara bahkan Dunia (USA, Belanda, Jerman, Kanada,Australia dll) mengirimkan surel, sms, whatsapp, etc dan berdatangan secara ragawi ke sanggar Ciliwung Merdeka di bantaran kali Ciliwung sebagai istana gubuk di mana Sandi bertahta di singgasana dipan kayu reyot dengan river-view ke arah kali Ciliwung di seberang Kampung Pulo yang telah sukses digusur Ahok. Sandi kerap lupa mereka siapa namun mereka sangat ingat Sandi sebab berhutang budi bahkan nyawa kepada Sandi.
Ada anak muda yang semasa bayi ditemukan Sandi di tong sampah, kemudian diselamatkan Sandi sampai kini menjadi sarjana maritim. Ada anak usia lima tahun terlantar di terminal bus Pulogadung diadopsi Sandi kini menjadi sarjana komunikasi beristeri peneliti sosial dari Kanada yang pernah berguru pada Sandi di sanggar Ciliwung Merdeka.
Ada kepala kelompok preman bersumpah akan membela Sandi sampai titik darah penghabisan sebab pernah diselamatkan oleh Sandi ketika perutnya ditusuk sesama preman sampai terbuka sehingga ususnya ke luar mirip Aryo Penangsang. Ada mantan anak miskin yang bergabung ke laskar relawan kemanusiaan didikan Sandi kini menjadi pengusaha sukses di Aceh.
Banyak yang tidak mampu melupakan Sandi akibat diselamatkan Sandi dari angkara murka rezim Orba. Ada BEM UI, pemuda NU, tukang becak, pemulung, LBH, Forum Kampung Kota, dan tak terhitung LSM kemanusiaan dari berbagai pelosok Nusantara menyatakan solidaritas terhadap Sandi.
Setelah Xanana Gusmao usai memeluk dan mencium pipi saya, beliau titip salam untuk disampaikan kepada Sandi. Ternyata ketika Xanana meringkuk di penjara Cipinang, Sandi kerap menjenguk bahkan membantu mempertemukan isteri Xanana dengan suami tercinta. Terlalu banyak kisah mengharukan tentang sang pejuang kemanusiaan dari Jeneponto untuk dikisahkan di sini.
Sandi sendiri merasa heran ketika menerima ungkapan simpati dari begitu banyak pihak yang sebenarnya sudah terlupakan oleh Sandi. Sandi berterima kasih kepada Ahok. Tanpa serangan tudingan serta ancaman penggusuran Ahok, mustahil teman-teman Sandi dari berbagai pelosok Nusantara bahkan Dunia berduyun-duyun datang ke sanggar Ciliwung Merdeka di Bukit Duri demi menyampaikan simpati dan dukungan mereka terhadap perjuangan kemanusiaan sang pejuang kemanusiaan dari Jeneponto.
Saya yakin arwah Gus Dur, Romo Mangunwijaya, Cak Nur, Ibu Theresa senantiasa mendampingi Sandi. Memang Romo Frans Magnis Suseno benar dalam menyadarkan saya bahwa Sandi adalah Anugerah Kemanusiaan dari Yang Maha Kasih
Oleh: Jaya Suprana “Penulis sedang belajar makna kemanusiaan dari Sandiâ€