KedaiPena.Com – Ketua Fraksi PKB di MPR Abdul Kadir Kading mengatakan pasca peristiwa kekerasan reformasi 1998, masyarakat Jakarta telah mampu membuktikan diri dapat hidup berdampingan dalam keragaman. Dan masyarakat Jakarta telah memiliki kedewasaan dalam berpolitik.Â
Namun, alih-alih menjaga keharmonisan masyarakat, Ahok dan pendukungnya justru lebih sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang berbau SARA, seperti: “Saya Muslim saya pilih Ahok” atau “Biarin gue kafir yang penting tidak korupsiâ€.
Pernyataan itu, dalam pandangan Karding, bisa dimaknai secara peyoratif seakan-akan tidak ada pemimpin selain Ahok yang bebas korupsi. Padahal ada banyak pemimpin Muslim yang memiliki kinerja baik dan berprestasi di Indonesia.
“Dan mereka tidak pernah menggunakan istilah istilah agama dalam menunjukan berbagai keberhasilan maupun prestasinya,” ujar Karding kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (8/10)
Lanjut Sekretaris Jendral PKB mengatakan, sikap Ahok ini semakin menunjukan bahwa dia tidakan menghormati keyakinan beragama seluruh warga negara yang dijamin konstitusi.Â
Jaminan ini, juga termasuk dalam hal memilih pemimpinan berdasarkan referensi agama. Yang tidak boleh, tegas Karding, adalah jika dalil agama digunakan untuk menyebarkan kebencian, kekerasan, dan permusuhan.Â
“Sebab hal itu bukan saja bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia namun juga bertentangan dengan semua ajaran agama, termasuk Islam yang notabene hadir sebagai Rahmatan Lil’alamin,” kata dia lagi.‎
Karding pun mengatakan masyarakat Jakarta untuk lebih jernih dalam memilih pemimpin. Menurutnya Jakarta butuh pemimpin muda yang segar, cakap secara visi misi, sekaligus santun dalam pembawaan pribadi.
Karena, masyarakat butuh pemimpin yang tidak hanya mampu membangun kota tapi juga membangun masyarakat. Ibu Kota adalah laboratorium sekaligus miniatur penting bagaimana sebuah kebijakan pembangunan dilakukan dengan pendekatan hati bukan arogansi dan kesewenang-wenangan. ‎
“Dan sejatinya Jakarta adalah milik semua masyarakat,” pungkas dia.
(Prw)