KedaiPena.Com – Tak banyak yang tahu, ternyata pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pernah bercita-cita menjadi crosser. Bukan hanya itu, ia juga mengaku begitu mencintai off road.
Ahok, sapaannya, dulu punya impian, punya garasi untuk 10 mobil di kampungnya. Lalu, garasi itu akan menjadi tempat untuk menaruh jip-jip tersebut.
“Bawa jip masuk hutan, naik pick up kalau bosan tinggal turunin dan naik trail, kayaknya enak. Tapi nasib berbeda,†ungkap sosok yang tercitra galak dan ceplas ceplos ini, dilansir dari situs pribadinya, ahok.org.
Masih menurut putra kelahiran Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966 itu, di usia belasan, ia ingin sekali turun balap motocross di kampung halamannya.
“Saya juga suka naik motor. Waktu kecil sudah naik enduro DT-100 yang warnanya kuning. Kadang terinspirasi film Ali Topan Anak Jalanan,†kenangnya sambil tersenyum.
Suatu ketika, ia ingin ikut balapan. Tapi membutuhkan formulir persetujuan orang tua. Nah, kala itu, sang Ibu tidak mau tanda tangan.
“Nah, akhirnya saya tidak jadi crosser. Tapi ya jadi Wagub Jakarta, ya gak papalah,†kelakarnya.
Ahok pun mengaku senang dengan berpetualang. Ia suka nongkrong di hutan, sebab katanya, bau hutan itu enak sekali. Selain itu, banyak burung yang berkeliaran di hutan. Akan tetapi, dahulu masih banyak babi hutan yang berkeliaran di Belitung.
“Yang penting kalau dikejar kita larinya harus belok-belok, soalnya dia cuma bisa lari lurus,” kata Ahok tertawa.
Eks politisi Golkar ini juga menceritakan, hingga lulus SMP, dia kerap memancing ikan di sungai. Namun, di Belitung masih banyak buaya berkeliaran. “Jauh-jauh dari tempat yang dikerumuni lalat, itu biasanya ada buaya sedang buka mulut,” celoteh Ahok.
Dia juga memberi tahu cara mendeteksi adanya buaya ketika main di kali. Buaya, kata dia, bisa berenang tanpa meninggalkan riak di air. “Jadi, kalau ada yang terlihat seperti kayu bergerak, tetapi airnya tetap tenang, harus cepat-cepat lari karena itu buaya,” ujar dia.
Insinyur Geologi
Ahok merupakan putra pertama dari Alm. Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsing (Bun Nen Caw). Ahok memiliki tiga orang adik, yaitu Basuri Tjahaja Purnama, dokter PNS dan Bupati di Kabupaten Belitung Timur, Fifi Lety yang merupakan praktisi hukum dan Harry Basuki seorang praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan.
Keluarga Ahok dikenal sebagai keluarga yang dermawan di kampungnya. Sang ayah, memberikan ilustrasi kepada Ahok, jika seseorang ingin membagikan uang Rp1 miliar kepada rakyat, masing-masing Rp500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup dibagi untuk 2000 orang.
Tetapi jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, dan akhirnya menjadi pejabat, bayangkan jumlah uang di APBD yang bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. APBD kabupaten Belitung Timur saja mencapai Rp200 miliar di tahun 2005.
Bermodal keyakinan bahwa orang miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat (Kong Hu Cu), keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk ke politik di tahun 2004.
Ahok dan keluarganya adalah keturunan Tionghoa-Indonesia dari suku Hakka (Kejia). Masa kecil Ahok lebih banyak dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, hingga selesai menamatkan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama. Setamat dari sekolah menengah pertama, ia melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Sekalipun demikian, ia selalu berlibur ke kampung halaman.
Semasa SMA, Ahok belajar di SMA III PSKD Jakarta. Kemudian melanjutkan studi S1-nya di Universitas Trisakti. Di kampus ini, Ahok mengambil Jurusan Teknik Geologi di Fakultas Teknik Mineral. Setelah lulus dan mendapatkan gelar Insinyur Geologi, pada tahun 1989 Ahok kembali ke Belitung dan mendirikan CV Panda yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT Timah.
Dua tahun kemudian, Ahok melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya. Setelah mendapatkan gelar Magister Manajemen, dia kemudian bernaung di bawah PT Simaxindo Primadaya dengan menjabat sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.
Dilansir dari Wikipedia.com, Ia tercatat sebagai Direktur PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995. Pada tahun 1995, Ahok memutuskan berhenti bekerja di PT Simaxindo Primadaya.
Ia kemudian mendirikan pabrik di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Pabrik pengolahan pasir kuarsa tersebut adalah yang pertama dibangun di Pulau Belitung, dan memanfaatkan teknologi Amerika dan Jerman.
Lokasi pembangunan pabrik ini adalah cikal bakal tumbuhnya kawasan industri dan pelabuhan samudra, dengan nama Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).
Pada akhir tahun 2004, seorang investor Korea berhasil diyakinkan untuk membangun Tin Smelter (pengolahan dan pemurnian bijih timah) di KIAK. Investor asing tersebut tertarik dengan konsep yang disepakati untuk menyediakan fasilitas komplek pabrik maupun pergudangan lengkap dengan pelabuhan bertaraf internasional di KIAK.
Kemudian, pada tahun 2004, Ahok berhasil meyakinkan seorang investor Korea untuk membangun Tin Smelter atau peleburan bijih timah di KIAK.
Karir Politik
Pada tahun 2004, Ahok mulai bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB). Dikabarkan Merdeka.com, Ahok kemudian ditunjuk sebagai ketua DPC PIB Kabupaten Belitung. Pada Pemilu 2004, dia terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Belitung hingga tahun 2009.
Satu tahun kemudian, setelah mengantongi 37% lebih suara rakyat, Ahok menjabat sebagai Bupati Belitung Timur. Dalam pemerintahannya, Ahok membebaskan biaya kesehatan kepada seluruh warga tanpa kecuali. Namun, pada 22 Desember 2006, Ahok resmi mengundurkan diri dari pemerintahan dan menyerahkan jabatan tersebut kepada wakilnya, Khairul Effendi.
Pada tahun 2007, Ahok mencalonkan diri untuk menjadi Gubernur Bangka Belitung. Pada saat itu, dia mendapatkan dukungan penuh dari eks presiden Abdurrahman Wahid. Namun, dia kalah dengan Eko Maulana Ali.
Tahun itu juga, Ahok mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi. Program pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi Belitung Timur juga berhasil mengantarkan Ahok untuk meraih penghargaan tersebut.
Ahok pun sempat masuk Partai Golkar. Pada pemilu 2009, Ahok pun terpilih menjadi anggota DPR RI. Ia kemudian ditugaskan di Komisi II DPR RI yang mengurusi soal kedaerahan. Saat itu, salah satu hal fundamental yang ia perjuangkan adalah bagaimana memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala daerah untuk mencegah koruptor masuk dalam persaingan pilkada.
Selain itu, ia memikirkan bagaimana membuka peluang bagi individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di daerah.
Belum selesai menjabat anggota DPR, Ahok mencoba peruntungan menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Ahok berpasangan dengan Walikota Solo Joko Widodo menjadi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012. Keduanya diusung PDI Perjuangan dan Gerindra. Setelah bertarung dua periode, keduanya akhirnya disahkan menjadi gubernur dan wakil gubernur. Bersamaan dengan itu, Ahok pun resmi berseragam kepala burung garuda alias bergabung dengan Gerindra.
Peruntungan masih mendekati Ahok. Tahun 2014 ini, pasangannya di Jakarta, Jokowi terpilih menjadi presiden RI. Ia pun ketiban durian runtuh menjadi gubernur, meski saat ini belum dilantik.
Pun demikian, perseteruannya dengan Gerindra soal pilkada langsung atau DPRD, membuatnya keluar dari partai besutan Prabowo Subianto.
Ahok menilai, pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) tak langsung menandakan adanya inkonsistensi demokrasi.
Selain sebagai sebuah bentuk inkonsistensi, mantan Bupati Belitung Timur itu juga menilai penyelenggaraan pilkada tidak langsung berarti kemunduran terhadap jalannya demokrasi di Indonesia.
“Kalau menurut saya pribadi, pilkada tidak langsung merupakan suatu kemunduran dalam pelaksanaan demokrasi di negara ini,” ujar Ahok.
Sebagai pelaksana tugas gubernur DKI, Ahok mempunyai rencana akan membenahi sistem transportasi dengan memperbanyak jumlah busway sampai seribu unit yang diperuntukkan khusus bagi orang cacat, anak-anak dan perempuan.
Bahkan monorel serta kereta gratis yang menghubungkan Blok M sampai Monas juga akan diadakan. Meski menjadi orang nomor satu di ibukota dia tetap tampil sederhana. Ahok mengaku tidak pernah pusing memikirkan pakaian dan sepatu yang dipakainya hanya itu-itu saja setiap waktu.
Filosofi
Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya.
Baginya, di alam demokrasi, yang baik dan yang jahat memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih sangat korup.
Oleh karena itu ia berharap model berpolitik yang ia sudah jalankan bisa dijadikan contoh oleh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan berjuang dalam politik.
Sampai hari ini ia masih terus berkeliling bertemu dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan ini dan pentingnya memiliki pemimpin yang bersih, transparan, dan profesional.
Biodata
Nama Lengkap : Basuki Tjahaja Purnama
Agama : Kristen
Tempat Lahir : Manggar, Bangka Belitung
Tanggal Lahir : Rabu, 29 Juni 1966
Zodiac : Cancer
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan:
Program Pasca Sarjana Manajemen Keuangan di Sekolah Tinggi.
Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta, 1994.
Sarjana Teknik Geologi di Universitas Trisakti Jakarta, 1990.
SMA III PSKD Jakarta, 1984.
SMP No. 1 Gantung, Belitung Timur, 1981.
SDN No. 3 Gantung, Belitung Timur, 1977.
Karir:
Anggota Komisi II DPR RI, 2009 – 2014.
Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency (CDT.3.1).
Bupati Belitung Timur, 2005 – 2006.
Anggota DPRD Belitung Timur bidang Komisi Anggaran, 2005 – 2006.
Asisten Presiden Direktur bidang analisa biaya dan keuangan PT. Simaxindo Primadaya, Jakarta, 1994 – 1995.
Direktur PT. Nurindra Ekapersada, Belitung Timur, 1992 – 2005.
Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012)
Organisasi:
Ketua Dewan Yayasan Sosial dan Agama di Jakarta.
Penghargaan:
Tokoh Anti Korupsi dari Gerakan Tiga Pilar Kemitraan (KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Masyarakat Transparansi Indonesia), 2007.
Salah satu dari 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia, Majalah Tempo, 2006.
Gold Pin, Fordeka (Forum Demokrasi), 29 Oktober 2006.
(Prw/Foto: Istimewa)