KESOMBONGAN Gubernur Ahok yang sebelumnya tak terukur, sekarang menjadi terukur, setelah masuknya nama-nama di luar menu yang pernah disajikan partai.
Analoginya, telah tercipta gol indah di Injure Time. Ibarat bola umpan lambung cantik, disundul pakai kepala. Sejak itu gubernur Ahok tak tersenyum sumringah seperti biasanya.
Ahok kemungkinan terpental, Agus dan Anies dipastikan akan bersaing ketat.
Alasan kemungkinan Ahok terjungkal karena terkesan membela kepentingan pemilik modal yang tak berpihak pada nasib “Wong Cilik”.
Sosok “Tukang Gusur” kian melekat pada diri Ahok, termasuk kasus lainnya, seperti Reklamasi Teluk Jakarta, dugaan keterlibatan kasus Sumber Waras, sampai gaya bicara yg terkadang keluar dari “Fatsun Politik” dan se-suka hati tanpa memperhatikan norma dan etika.
Sebetulnya Gubernur Ahok juga punya banyak prestasi yang sudah terbukti dibandingkan dua kontestan lainnya. Sebut saja soal pelayanan publik di tingkat kelurahan dan kecamatan yang cukup bagus, miminimalisir pungli, membenahi tata ruang Jakarta dan taman kota yang mulai tertata indah dan teratur.
Saya ingin jujur mengatakan bahwa Gubernur Ahok sudah memulai kerja keras membangun kota Jakarta.
Bagaimana AGUS?
Kalau kita cermati, Agus yg berlatar belakang militer, dianggap sebagai figur yang sempurna menurut pemilih. Agus juga dianggap sebagai sosok yang tegas, cerdas, santun & beribawa.
Karakter ideal sesuai selera dominan pemilih.
Sosok Agus yang masih muda, tentu saja mempermudah Agus masuk ke segmentasi pemilih pemula. Generasi muda menyukai sosok Cawagub inspiratif dan energik. Paling tidak, penampilan Agus yang ganteng alias good looking ditambah, kehadiran Annisa Pohan sebagai istri Agus yang cantik, paling tidak senyum sumringah dan popularitas Annisa bisa mendongrak elektibilitas Agus dengan lebih intens tampil ke publik secara bersama. Kian menambah pesona nilai plus bagi Agus.
Ini menjadi basis real pemilih Agus, magnet elektoral bagi “segmen Emak-Emak, Bapak -Bapak dan Tante -Tante”.
Bibit, Bebet & Bobot pun terkonfirmasi dengan baik.
Merepresentasikan Cagub & Cawagub yg istimewa dan sempurna. Kombinasi Agus-Sylviana makin mantap, karena Agus disandingkan dengan sosok birokrat yang mahir dan lihai dalam mengelola birokrasi pemerintahan.
Bukan tidak mungkin, birokrat dan PNS yg pernah dimarah-marahi Ahok di depan publik dan pernah di upload ke youtube, dipastikan bergeser memilih Sylviana.
Tak bisa dipungkiri, keberadaan figur Sylviana (Cawagub) satu-satunya perempuan, menjadi insentif elektoral karena dapat menarik simpatik kaum perempuan.
Tim inti Foke itu solid di belakang Sylviana. Itu artinya, Foke Connection hidup kembali dan kemungkinan solid mengusung Sylviana, satu chemestry, yaitu sama-sama asli Betawi.
Bagaimana dg pasangan Anies – Sandi ?
Sementara itu, di seberang sana, persepsi pemilih terhadap prestasi Anies-Sandi juga bagus. Keduanya memiliki karakter yang terbuka, pergaulan luas & mudah diterima semua kalangan.
Anies ialah akademisi, pernah menjadi Rektor termuda di eranya, aktivis pendidikan yg konsisten dalam isu-isu pendidikan, seperti Program Indonesia Mengajar.
Besar kemungkinan Anies didukung all out oleh kalangan Guru & Dosen.
Sandi termasuk yang tidak punya basis pemilih di DKI, tapi Sandi punya jaringan dan sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk bobot elektoral, seperti HIPMI dan Jaringan Pengusaha Muda.
Sebagai penyeimbang, sosok Anies mampu menambal sisi kelemahan Sandi. Kita tahu Anies punya jaringan HMI yang kuat dan mengakar, basis yang real dan kongkrit ini tak bisa dipandang enteng.
Suku punya pengaruh?
Tak dapat dipungkiri bahwa 38% Trend Pemilih masih berbasis pada Etnis, Agama, dan Suku. Saya kira, pemilih yang rational choice hanyalah 10%. Yang jelas elektoral akan terbagi dengan baik karena irisannya banyak titik kesamaan antara Agus dengan Anies.
Agus-Sylviana adalah pasangan yang mencerminkan apsek ke-Indonesiaan yang serasi karena adanya kombinasi Jawa-Betawi, yang menjadi realitas sosiologis & psikologis pemilih (voting behavior) mayoritas di DKI Jakarta.
Imigran Jawa yang ada di Jakarta, kemungkinan akan memilih Agus.
Logika Jawa terkait ramalan Jayabaya akan muncul Satrio Piningit tak bisa memaksa kita tutup mata. Apalagi jumlah suku Betawi sekitar 27,65% kemungkinan solid memilih Sylviana, satu-satunya figur yg merepresentasikan suku Betawi asli, yang ikut kontestasi elektoral Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti.
Sementara suku lainnya, yakni Sunda sekitar 15,27% di bawah suku Jawa Tengah, dan Jawa Timur 35% kemungkinan akan memilih Anies-Sandi.
Ada lebih kurang 30% pemilih pemula dan pemilih muda yg akan digarap. Saya melihat irisannya, kans dominan akan memilih Agus dan Anies dibanding Ahok. Mereka akan berkompetisi dan berebut basis segmentasi pemilih pemula & anak muda.
Pasangan Agus-Sylviana ialah sosok anti tesis Gubernur Ahok. Mewakili kelompok yg tertindas, seperti penggusuran yang tidak berpihak pada wong cilik. Gubernur Ahok TEGAS tapi KASAR, Jakarta ternyata kepentingan pemilik modal.
Saya kira sosok Agus yang tegas, tapi santun beretika dengan tagline-nya “Jakarta untuk Rakyat” bisa membuat Ahok terjungkal dan menyerah tanpa syarat di depan Agus.
Sosok di balik Sosok?
Elektibilitas dan popularitas SBY menjadi limpahan magnet elektoral, otomatis mendongkrak elektibilitas dan popularitas Agus-Sylviana.
SBY effect, dan kepuasaan (approval rating) masyarakat terhadap rezim SBY hingga kini masih menempel di benak publik.
Sementara di seberang sana, suntikan magnet elektoral, elektibilitas dan popularitas Prabowo yang bagus, juga secara otomatis meningkatkan elektibilitas dan popularitas Anies-Sandi.
Tagline Anies-Sandi “Membangun Jakarta dengan Lebih Manusiawi, bisa menjadi anti tesis Ahok, judul tersebut memantik empati dari wong cilik yang selama ini korban kebijakan Ahok yang tak manusiawi, kalau dikelola dengan baik, jelas menjadi vote getter Anies-Sandi.
Selain itu, pasangan Anies-Sandi jg punya tim pemenangan yang dulu pernah memenangkan pilkada DKI Jakarta. Saya kira Timses punya jam terbang, terlatih, dan sangat berpengalaman bagaimana memenangkan pertarungan elektoral DKI. Boy Sadikin effect, jebolan PDIP dan Taufiq dari Gerindra, sekarang mereka satu tim bersatu memenangkan Anies dan Sandi.
Anies & Agus strategi Jitu
Semakin kinclong, apabila pasangan Anies-Sandi dan Agus-Sylviana bisa memanfaatkan momentum keberpihakan isu.
Ini saya kira penting. Saya ambil contoh sederhana, masyarakat pesisir Utara Jakarta dan Kepulauan Seribu berpenduduk 200.000 KK. Cukup signifikan dan bisa menjadi lumbung elektoral.
Baik Anies dan Agus memang belum terlihat secara nyata, posisinya di mana dalam polemik di atas? sikap politik pembelaan terkait isu penggusuran, wong cilik atau reklamasi teluk Jakarta menjadi isu yang amat penting.
Penulis: Pangi Syarwi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Center