KedaiPena.Com – Semua rencana awal, sia-sia sudah. Rapat panjang, pengumpulan tenaga, semangat swadaya masyarakat Kamojang, hingga sumber dukungan lainnya seolah tidak menjadi apa-apa. Rencana kita dimentahkan Pertamina Geothermal Energy dan BBKSDA itu sendiri.
Padahal, tokoh masyarakat dan pelbagai elemen lokal sudah begitu antusias mengikuti agenda pemasangan sekat sedimen dan pengangkutan sampah di dan dari dalam lokasi Cagar Alam Kamojang, hutan Ciharus.
Berangkat pukul 07.00 pagi, dari kota Bandung, tim yang tiba di Kamojang pukul 11.00 tidak serta merta bisa menjalankan rencana perbaikan. Pasalnya, pihak Pertamina emoh membuka portal untuk kita lalui menuju lokasi perbaikan, setali tiga uang, BBKSDA melalui humas PGE kabarnya tidak memberikan ijin kegiatan penyelamatan.
Padahal kabid II dalam acara kader konservasi, secara langsung menegaskan bahwa proses penyelamatan merupakan hak/kewajiban setiap masyarakat, dan kewajiban utama petugas.
Lantas Kabid BKSDA menganalogikan “masa ada maling (kerusakan) kita yang melihat diam saja, atau harus lapor dulu pada polisi”, sama halnya dengan kerusakan di kawasan Cagar Alam, kalau ada kerusakan (pelanggaran) masyarakat bisa dengan leluasa melakukan perbaikan (penindakan).
Bahkan dalam UU No. 5 Tahun 1990 pasal 21, penyelamatan merupakan diskresi dalam aturan larangan memasuki kawasan. Sementara itu di lapangan, kita justru tidak hanya dipersulit, tetapi secara gamblang dihadang melakukan perbaikan.
Mirisnya, justru truk mengangkut hasil panen holtikultura dengan leluasa memasuki kawasan, dan didampingi petugas PGE. Tetapi, ketidakberesan personal dan kegagalan pemahaman prosesdur negara tidak akan menurukan semangat perbaikan, setelah 2 jam menunggu akhirnya kita memutuskan untuk mencari jalan lain, dan melakukan distribusi bahan secara manual dan estapet dari jalan raya hingga batas hutan.
Proses ini berjalan hingga hari menjelang gelap. Agenda dan skenario hari pertama gagal total, tetapi kita masih mempunyai hari kedua.
Tidak ada alasan untuk menurun semangat, sebab kita mempunyai alasan yang lebih besar untuk tetap bertahan, terutama fakta bahwa hingga hari ini masih banyak yang tutup mata terhadap kerusakan hutan Cagar Alam dan kerusakan berpikir masyarakat terhadap status kawasan konservasi, dan banyak di antara kita yang terus pura-pura menutup mata, sementara bencana terus datang dari sebab yang kita ketahui bersama, kerusakan hutan! Karena kerusakan paradigma!
Hari kedua akhirnya kita jalankan sesuai agenda, 90 sekat sedimen berhasil dipasang dari 40 rencana awal, 145kg sampah unorganik berhasil kita pungut dan angkut dari kawasan. Sayang sekali, apalah artinya 90 sekat sedimen, jika setiap selesai dipasang besok lusa dihajar dan diratakan pemotor trail?
Apalah artinya angkut sampah 145kg jika esok lusa pembawa sampah kembali datang tanpa terdisiplinkan? Di hari kedua, tepatnya di hari minggu, kita bertemu dengan 17 rombongan pemotor, kabar baiknya 100% pemotor mengurungkan niat memasuki kawasan setelah diberi penejelasan.
Kabar buruknya, besok lusa tidak ada yang menjamin bahwa pemotor tidak akan kembali datang. Sebab, puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan di luar sana masih menganggap bahwa hutan Ciharus CA Kamojang adalah tempat bermain, jalur resmi offroad dan seterusnya, sebab himgga hari ini tidak ada supremasi kuat yang menancapkan bahwa Cagar Alam adalah hutan larang, level tertinggi kawasan konservasi!
Satu-satunya alasan mereka tidak kembali datang adalah “pengetahuan” yang mendisiplinkan mereka untuk patuh pada aturan, dan semua supremasi itu dimiliki negara, apa yang bisa kita lakukan sebatas maksimal sebagaimana kegiatan tanggal 12-13 tempo hari, selebihnya kita tidak bisa berharap banyak.
Jika besok lusa ada pemotor yang menghantam sengkedan sehingga gerusan sedimen akan kembali melaju, berakhir di sungai paling landai, dan menjadi alasan tambahan banjir tetap ada. Harapan tetap ada, sebab kabar baik kita harapkan tetap menyebar dari satu telinga ke telinga lainnya, terlebih masyarakat lokal dengan mantap menunjukan atusiasnya.
Pukul 23.30 atau 30 menit sebelum pergantian hari menuju Senin, tim baru bisa bersiap untuk menakhiri kegiatan, memulai perjalanan panjang pulang ke peraduan masing-masing. Bagaimana kita tidak semangat, di antara tim SaveCiharus di sana ada orang Karawang, Bekasi, Jakarta, Subang, Banten, yang tanpa sekat administrasi dan dinding perbedaan budaya bersedia datang demi menyelamatkan hutan yang tersisa, menujukan definisi paling denotatif dari “mencintai alam”.
Padahal hari ini adalah hari Senin di mana kewajiban dari sebagian besar tim SaveCiharus memanggilnya kembali ke kantor-kantor dan kampus-kampus, dan sebagian besar dari mereka tetap menerjang banjir Majalaya, Cidawolong, dan kabar buruk bencana-bencana lainnya di sepanjang perjalanan.
Dan kebahagian semangat lainnya adalah, ketika kita istirahat, tidur, dan bangun pagi di hari senin, grup whatsapp #SadarKawasan sudah berkicau riang dengan celotehan semangat dari seluruh tim yang alhamdulillah selalu diberi kekuatan dan kesehatan oleh ALLAH SWT. Alhamdulillah. Nyanggakeun.
Laporan: Pepep Dw