KedaiPena.Com- Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nasional, Abdul Wachid menilai, kenaikan harga gula di Indonesia saat ini karena disebabkan oleh beberapa faktor di dalam negeri dan luar negeri.
Wachid menjelaskan, kenaikan harga gula yang disebabkan oleh faktor dalam negeri itu tidak terlepas dari sejumlah persoalan yang sebenarnya sudah berlangsung lama.
“Kalau faktor di dalam negeri karena produksi gula selalu turun, karena Petani tebu sudah enggan menanam tebu, banyak yang alih tanaman lain yang menjajikan atau sudah alih profesi,” papar eks Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah (Jateng) itu kepada wartawan, Kamis,(9/11/2023).
Tak hanya itu, lanjut dia, faktor lainnya juga yaitu banyak pabrik gula yang sudah tutup dikarenakan tidak ada bahan tebu yang di giling.
“Selain itu juga tanam tebu sekarang tidak bisa untuk kebutuhan hidup, karena harga gula murah, lagi pula saprodi (sarana produksi) harga pupuk mahal tidak ada pupuknya. Tenaga kerja di desa semakin mahal dan sulit, buruh tani sudah susah,” ungkapnya.
Wachid juga mengatakan, perubahan iklim (climate change) juga turut mempengaruhi fluktuasi harga gula saat ini.
“Akibat climate change (perubahan musim/iklim) di beberapa negara yang menyebabkan produksi gula di beberapa negara Asia seperti Thailand dan India memilih untuk mengurangi ekspor gulanya.
“Bahkan tidak mau sama sekali ekspor. Di Brazil produksi gula tahun ini bagus akan tetapi jaraknya jauh bisa satu bulan bila impor dari Brazil. Jadi, akibat perubahan musim dan produksi gula turun, maka harga gula dunia naik, baik gula konsumsi maupun raw sugar (gula mentah)” urainya.
Wachid mengungkapkan, harga gula raw sugar pada perdagangan hari ini sudah tembus 27,95 sen dolar AS.
“Ini harga level tertinggi dalam sejarah 5 tahun yang lalu. Mungkin bisa tembus 28 sen dolar AS dan white sugar (gula konsumsi) bisa ke US$ 750 sen ton. Jadi kelihatannya harga gula ke depan bisa tembus Rp 18.000 kg,” tandasnya.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra ini juga mengingatkan, pengaruh harga gula tinggi akan berdampak pada harga makanan dan minuman (Mamin) sekaligus memicu inflasi.
“Dalam jangka pendek Saya minta Pemerintah segera selesaikan masalah ini cari gula konsumsi secepatnya impor gula cepat karena panen tebu masih lama di bulan Mei itu artinya masih 7 bulan lagi, selain itu dengan kemarau panjang di tahun ini, produksi gula panen tahun 2024 akan menurun dan tidak sampai 2 juta Ton. Untuk jangka menengah, panjang percepat program swasembada gula dan jangan program janji politik saja,” tegasnya.
“Rangsang Petani mau bertani tebu, jamin harga yang baik, siapkan lahan, pupuk dan varietas Tebu unggul dan revitalisasi pabrik gula BUMN dan management pabrik gula. Kalau tidak, kita akan ketergantungan produk impor terus,” pungkas Anggota Komisi VIII DPR RI itu.
Diketahui, saat ini harga gula di sejumlah pasar mengalami kenaikan. Harga gula kini sudah tembus di harga Rp16.000/kg.
Laporan: Tim Kedai Pena