KedaiPena.Com – Pengamat Ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng menilai besarnya gaji dan tunjangan yang diterima oleh Direksi dan Komisaris PT Pertamina (Persero) saat ini telah menyakiti perasaan rakyat Indonesia.
“Tidak etis mendapatkan gaji yang begitu besar karena sama saja berpesta pora disaat rakyat menderita, ekonomi dan keuangan negara sedang sekarat,” ujar Daeng kepada wartawan, Minggu (2/6/2019).
Tidak hanya itu, Daeng juga mengungkapkan, bahwa kondisi keuangan pertamina saat ini sendiri juga tengah ‘berdarah-darah’ lantaran tumpukan hutang. Hal ini turut berimbas kepada penurunan keuntungan.
“Utang Pertamina menumpuk, keuntungan yang relatif terus menurun. ‘Global bond‘-nya saja mencapai 8,75 miliar dolar,” ungkap Daeng.
Dengan kondisi demikian, Daeng berharap agar jajaran direksi dan komisaris dapat menunjukan kepedulian terhadap persoalan ini.
“Gaji seluruh direksinya sebaiknya didasari oleh semangat kepedulian kepada krisis dan nasib BUMN serta bangsa ke depan,” papar Daeng.
Sebelumnya, perusahaan migas pelat merah PT Pertamina (Persero) akhirnya merilis laporan keuangan tahun 2018. Laporan keuangan tersebut dirilis setelah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar Jumat kemarin (31/5/2019). Dalam laporan keuangan itu juga memuat gaji direksi dan komisaris Pertamina.
Kompensasi yang dibayar atau terutang pada manajemen kunci dan dewan komisaris meliputi gaji dan imbalan lainnya ialah US$ 47,27 juta atau setara Rp 661,78 miliar di 2018. Di tahun sebelumnya, tercatat US$ 52,78 juta.
Sementara, saat ini tercatat 11 direksi dan 6 komisaris di tubuh Pertamina. Jika disimulasikan dibagi rata 17 orang maka masing-masing-masing menerima Rp 38,92 miliar. Lalu, untuk tiap bulannya paling tidak menerima Rp 3,24 miliar.
Laporan: Muhammad Hafidh