KETIKA dikabarkan Anies Baswedan naik helikoter milik Grup Lippo dan melintas hotel Aryaduta, prajurit keok Ahok menjadikan itu amunisi untuk cibiran. Tapi sayangnya cibiran serupa kepada Ahok dari para prajurit keok itu sama sekali tidak ada sepanjang Ahok mesra dengan 9 naga.
Bahkan coba aja periksa kasus gelontoran berkardus-kardus uang dari Aguan untuk relawan Ahok, tak ada para prajurit keok ahok yang menjadikan itu cibiran pada rekan-rekannya penerima uang aguan itu, meskipun cibiran untuk konsumsi internal sendiri.
Dan tidak muncul pula dari ahok maupun para prajurit keok ahok yang mengecam saat para taipan yang menggelontorkan uang untuk “ngebom” sembako secara merata di ibukota saat minggu tenang putaran kedua, Â lantaran itu memang dianggap menguntungkannya.
Untuk itulah, mulai saat ini dan seterusnya secara permanen, semua pihak memang harus mau untuk terus berlatih dan berusaha keras menjadi adil dalam menilai. Adil sejak dalam pikiran, kata Pramoedya Ananta Toer.
Jika banyak yang mau dan bersedia untuk terus berlatih Adil dalam pikiran, maka itu pertanda baik bagi proses pembangunan budaya demokrasi substansial di masyarakat kita.
Salam Demokrasi Substansial
Nanang Djamaludin, Â penggiat Komunitas Intelektual Aktivis 98 (KIAT 98)