KedaiPena.Com – Demokrasi belum mati. Hal itu disampaikan aktivis Pro Demokrasi Adhie Massardi merespon sikap Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) yang mengunggah kritik di dunia maya. Mereka menyebut Presiden Joko Widodo adalah presiden yang suka mengobral janji manis.
“Jangan tergesa-gesa nyatakan (demokrasi) mati. Sebagai masyarakat ilmiah harus cermat. Coba panggil mahasiswa Fakultas Kedokteran. Henti jantung belum tentu mati,” kata Adhie mengambil contoh.
Lalu, sambungnya, gunakan AED automated external defibrillator. Alat kejut listrik.
“Insya Allah Demokrasi Kampus akan berdenyut kembali. Bravo mahasiswa,” lanjut Juru Bicara Presiden era Gusdur.
Sebenarnya, rezim ini patut berterimakasih kepada BEM UI karena masih mengeritik dengan santun.
“Sebab, di masa lalu, orang yang suka ngibul itu disebut penipu dan munafik. Makanya pada 1966, Soebandrio yang sangat pro Cina komunis dijuluki anjing peking dan tidak dikasih mahkota,” tandasnya.
Di sisi lain, Adhie kecewa dengan sikap Rektorat UI yang memanggil para mahasiswa tersebut.
“Belasan tahun orangtua sibuk nyari uang untuk menyekolahkan anak-anaknya, mengajari agama agar berilmu hingga bisa bedakan mana yang baik dan mana yang buruk,” papar Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini.
Setelah mahasiswa masuk BEM dan paham baik dan buruk, mereka malah dihardik Rektorat.
“Apakah ini yang dinamakan Kampus Merdeka? Ataukah ini ‘lip service‘ Mendikbud Nadiem?” ujarnya bertanya.
Sebelumnya, dalam unggahannya, BEM UI menilai Presiden Jokowi kerap kali mengobral janji manis, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras.
“Katanya begini, faktanya begitu,” tulis akun @BEMUI_Official.
Beberapa hal yang disinggung BEM UI di antaranya soal Revisi UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), janji penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kerinduan didemo mahasiswa, serta beberapa lainnya.
BEM UI juga turut menyertakan beberapa meme gambar Presiden Joko Widodo. Seperti halnya gambar Presiden Jokowi di atas mimbar pidato dan disertai sebuah mahkota di kepala.
Laporan: Muhammad Lutfi