KedaiPena.Com – menanggapi adanya 2 pengelola pertunjukkan Sigale-gale di Tomok, terlebih dengan adanya kutipan wajib yang dilakukan oleh masyarakat, Sekdaprovsu, Hasban Ritonga mengaku sedikit kecewa dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Menurut Hasban, hal itu bisa membuat image dari Tomok, khususnya Samosir sedikit tercoreng. Meskipun apa yang dilakukan masyarakat tersebut masih tetap mengangkat budaya asli suku Batak Samosir.
“Tentu hal ini kan bisa membuat citra dari Tomok itu, khususnya Sigale-gale menjadi sedikit jelek ya. Artinya, kutipan yang dilakukan masyarakat itukan bukan bagian program yang dilakukan oleh pemerintah. Padahal kita ketahui, pemerintah sendiri tidak melakukan kutipan wajib, kecuali ingin melihat pertunjukkan Sigale-gale itu,†ujar Hasban yang ditemui di Kantor Gubernur Sumut, Kamis (7/12).
Hasban pun meminta agar Pemda setempat berkoordinasi dengan pihak pengelola bagaimana sebaiknya dilakukan. Sehingga hal demikian program wisata yang dilakukan pemerintah dapat sejalan dengan program wisata yang dilakukan masyarakat setempat.
“Untuk ini, kita mintalah Pemda setempatnya, baik itu camatnya ataupun Bupatinya agar bisa berkoordinasi dengan pengelolanya. Jadi mereka tau bagaimana sebaiknya itu dibuat. Jangan sampai dapat kritikan minus dari masyarakat baru mereka bertindak,†terangnya.
Terlebih lagi, jelas Hasban, saat ini pemerintah sudah membentuk Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). Sehingga untuk setiap kutipan yang dilakukan itu, baik oleh masyarakat ataupun pemerintah, maka sifatnya harus resmi.
“Apalagi kita sudah membentuk Tim Saber Pungli, jadi setiap kutipan yang dilakukan itu sifatnya sekarang harus resmi. Jika tidak resmi, maka hal itu masuk dalam salah satu kategori pungli. Untuk itu, kita mintalah Pemda Samosir setempat segeralah mengatasi hal ini. Sehingga para pengunjung yang datang kesana (Tomok) tidak ada yang merasa dirugikan,†pungkas Hasban.
Laporan: Iam