KedaiPena.com – Upaya Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat rupiah di akhir tahun, dinyatakan merupakan salah satu langkah untuk membuat utang Indonesia kelihatan kecil. Karena utang Indonesia lebih banyak dalam valuta asing (valas).
Direktur Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat mengatakan langkah itu sudah menjadi sebuah kebiasaan bank sentral menjelang akhir tahun, melalui intervensi pasar, dengan menyesuaikan capaian nilai tukar sesuai dengan target awal tahun. Walaupun beberapa tahun terakhir, penyesuaian nilai tukar atau window dressing itu terus dilakukan BI.
“Ini yang sangat kita sayangkan, BI di periode awal tahun sampai akhir Desember ini banyak melakukan strategi window dressing, tapi hasilnya tidak akan bisa bagus. Kebiasaan window dressing itu malah tidak akan membantu RI karena fundamental ekonomi yang lemah,” kata Achmad Nur, Rabu (27/12/2023).
Tujuan yang ingin dicapai, lanjutnya, adalah mempercantik neraca keuangan BI agar tidak jauh dari capaian Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI). Maka dari itu, secara histori, nilai tukar sepanjang Desember ini terkesan stabil karena intervensi yang dilakukan untuk menyesuaikan target nilai tukar.
“Sayangnya, itu bukan sebuah kebijakan yang baik karena sebagai bank sentral dengan rezim managed floating exchange, pendekatan seperti itu membutuhkan intervensi yang menghabiskan devisa yang cukup besar, terutama saat trennya melemah,” ungkapnya.
Achmad Nur menyatakan BI semestinya bersama dengan pemerintah fokus memperbaiki fundamental ekonomi yang merupakan langkah yang lebih substansial dan berkelanjutan daripada sekadar melakukan window dressing atau tindakan memoles tampilan rupiah yang bersifat sementara.
Sebab itu, perlu reformasi struktural dalam berbagai sektor ekonomi, seperti energi, pertanian, dan pendidikan, untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi. Selain itu juga meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional.
“Kalau itu terjadi maka ekspor akan meningkat dan impor turun. Sebaliknya, kalau impornya terus naik sementara daya saing turun maka ekspor terus turun, dan kita berada dalam bahaya,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa