KedaiPena.Com – Para orangtua, khususnya kalangan keluarga muda, harus mengawal proses tumbuh-kembang anak-anaknya dan memberikan pemahaman yang utuh mengenai pendidikan seks atau kesehatan reproduksi, seiring tahap-tahap perkembangan anak menuju akhil baligh (pubertas) dan pasca akhil baligh.
Sebab jika tidak, maka dikhawatirkan menjelang, saat dan pasca akil baligh, anak justru memperoleh pemahaman keliru dari sumber-sumber yang salah dan menjerumuskan anak terkait konten-konten pendidikan seks tersebut.
Menurut Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (Jaranan) Nanang Djamaludin, pemberian pemahaman yang utuh tentang materi-materi pendidikan seks atau kesehatan reproduksi itu harus sesuai kaidah-kaidah sains ilmiah, tuntunan keagamaan, serta nilai-nilai etik dan moral yang berkembang dalam masyarakat.
“Dalam pedoman dasar praktik pengasuhan dan pendidikan anak berbasis keluarga yang baik dan benar hasil rumusan Jaringan Anak Nusantara, sesungguhnya pengabaian orangtua atau tidak menganggap pentingnya pemberian pemahaman yang utuh tentang pendidikan seks yang baik dan benar kepada anak, termasuk salah satu kategori dosa parenting!†tegas proponen Aktivis 98 yang juga konsultan keayahbundaan dan kota/kabupaten layak anak saat Road Show Pelatihan Keayahbundaan untuk Menyiapkan Anak Memasuki Akil Baligh, di RPTRA Cibesel Jakarta Timur.
Road Show Pelatihan Keayahbundaan itu diinisiasi oleh Gerakan Hidup Sehat, bekerjasama dengan Fota Center, Rumah Sehat Amira, dan Jaranan. Road Show ini direncanakan secara berkala menyambangi Ruang Publik Terbuka Ramah Anak yang ada di Jakarta, sekolah-sekolah dan kantong-kantong kemiskinan kota, dengan sasaran para orangtua muda. Selain pelatihan untuk para orangtua, ada juga agenda road show pelatihan jelang akil baligh untuk para remaja dan siswa sekolah.
Pada kesempatan itu Nanang mengungkapkan, bahwa dalam kasus-kasus yang ditangani akibat pengabaian orangtua memberikan pemahaman yang utuh tentang pendidikan seks, banyak anak yang akhirnya tumbuh dengan kerap bersiasat mengelabui orangtua seakan-akan tetap menjadi anak manis, yang jauh dari keterpaparan perilaku pergaulan seks bebas anak remaja.
Orangtua yakin anaknya masih anak yang baik dan lucu seperti saat bayi dulu. Padahal sang anak ternyata telah berkembang menjadi pecandu pornografi dan mahir ngeseks di usianya yang sangat belia.
Pemateri lain dalam pelatihan itu adalah Lidya Bakrie, selaku Sekjen Fota Center dan juga Managing Director Rumah Sehat Amira. Sementara pemandu acara adalah Rusmarni Rusli yang merupakan pengurus GHS.
Senada dengan Nanang, Lidya menekankan keharusan para orangtua memberikan pendidikan seks dengan bijak kepada anak-anaknya, baik laki-laki dan perempuan, sejak masih kecil hingga masa puber sesuai tahap-tahap perkembangan usia dan pemikiran anak.
“Berilah penjelasan terkait pendidikan seks kepada anak dengan menggunakan bahasa yang baik, lembut, dan mudah dimengerti oleh anak. Selain itu penjelasan yang diberikan juga harus berakar pada budaya bangsa Indonesia yang amat kaya dengan kebajikan-kebajikan para leluhur terkait tentang masalah seks,†imbaunya.
Laporan: Muhammad Hafidh