KedaiPena.Com – Tercatat, jumlah Orangutan di seluruh kawasan hutan yang ada di Sumatera Utara – Aceh hingga saat ini diperkirakan sekitar 5600-an ekor. Dimana wilayah yang paling banyak berada di kawasan hutan Leuser.
“Untuk di Sumut itu ada di Kabupaten Langkat, Batangtoru, Dairi, dan Phakpak Barat. Tapi yang terbanyak itu ada di Langkat, karena dia bagian dari Leuser Timur yang mampu menampung sekitar 5000 Orangutan yang menyambung sampai ke Tamiang dan Aceh Timur. Sedangkan, kalau yang di Batangtoru ada sekitar 400-an Orangutan, dan yang di Phakpak Barat sekitar 200-an Orangutan,†sebut Direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC), Panut Hadisiswoyo kepada KedaiPena.Com di Medan, Minggu (18/6).
Dijelaskan, habitat ribuan ekor Orangutan tersebut terus terancam, dimana konversi kawasan hutan menjadi perkebunan menjadi ancaman terbesar. Dan penyebab terjadinya konflik antara Orangutan dengan manusia, sambung Panut, itu sebenarnya semua adalah hasil dari terjadinya deforestasi karena konversi.
“Hal inilah yang menjadi ancaman paling besar terhadap habitat Orangutan. Konflik, pemburuan, perdagangan, itu semua ujungnya karena konversi,†katanya.
Panut mengatakan, para pemburu biasanya akan mendatangi tempat yang memang mudah diakses. Dan Orangutan yang diburu itu, katanya, karena dia terisolasi dalam kebun.
“Sebab kalau di hutan itu, pemburu pasti akan sulit menembak Orangutan. Karena bukan hal yang gampang untuk menembak Orangutan di hutan Indonesia yang lebat. Jadi payahlah,†sebut Panut.
Disinggung jumlah Orangutan yang berhasil diselamatkan dan mati dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Panut menyebut sudah melakukan penyelamatan dan evakuasi terhadap sekitar 60 ekor Orangutan.
“Dan hingga saat ini, sudah ada 8 ekor Orangutan yang kita nyatakan sebagai kandidat penghuni surganya Orangutan yang berada di lembaga konservasi Batu Mbelin, Sibolangit, Deli Serdang yang dikelola oleh Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP). Dimana kedelapan Orangutan ini kita nyatakan tidak bisa dilepas liarkan lagi. Dan kedelapannya ini merupakan hasil dari kasus-kasus yang kita temukan dilapangan,†ungkap Panut.
Sedangkan untuk Orangutan yang mati, katanya, pihaknya mencatat sudah baru 3 kali menemukan Orangutan yang mati. Kendati Panut memastikan masih ada kasus kematian lain yang tidak terdeteksi oleh pihaknya.
“Makanya kita butuh data yang lebih valid lagi, untuk membuat estimasi berapa sih Orangutan yang mati setiap tahunnya. Karena akibat konflik inikan banyak terjadi peghilangan barang bukti. Jadi kita gak bisa memperkirakan secara akurat, jadi kita hanya bisa memperkirakan,†pungkasnya.
Kendati demikian, sambung Panut, dari hasil kajian yang dilakukan pihak YOSL – OIC, diperkirakan dalam setiap tahunnya, sejak 2015 lalu, kemungkinan ada 50 Orangutan yang terambil dari habitatnya. Baik itu yang mati dengan sendirinya, akibat terjadinya konflik dengan masyarakat sekitar, maupun yang diburu.
Laporan: Iam