KedaiPena.Com – Ditengah upaya memajukan sektor pendidikan di Indonesia, masih saja ditemukan kondisi tempat pembelajaran yang jauh dari kenyamanan dan sangat memprihatinkan.
Hal itu yang terlihat di SMA Negeri 1 Mandrehe yang berada di Jalan Prof. Moh. Yamin SH-Fodoro, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara ini. Sebanyak 471 pelajar di sekolah berplat merah ini terpaksa mengikuti proses pembelajaran ditengah ‘ancaman’ rubuhnya gedung sekolah karena mengalami kerusakan parah.
“Ada 15 ruangan, semuanya rusak parah, termasuk laboratoriumnya, yang paling memprihatinkan adalah tembok penahan yang telah ambruk dan menimpa ruang kantor guru, Kepala Sekolah dan Tata Usaha. Ini sangat berbahaya sehingga kegiatan administrasi sangat terkendala dan selalu waspada kapan bencana akan mengancam,†ungkap Kepala Sekolah Enonia Hia kepada KedaiPena.Com, saat dihubungi melalui selulernya, Senin (14/11).
Enonia mengaku miris mengetahui kondisi sekolah yang baru saja ia kepalai sejak 25 Oktober 2016 itu. Menurut ia, sejak dibangun tahun 1991 silam, belum pernah dilakukan renovasi total terhadap bangunan. Yang pernah dilakukan hanyalah renovasi sedang atap dan lantai pada tahun 2013 lalu yang berasal dari dana DAK, itupun hanya meliputi 3 ruangan saja.
Ia menuturkan, perbaikan memang selalu dilakukan di setiap semester yang bersumber dari dana BOS. Namun perbaikan yang dilakukan hanya pada komponen-komponen ringan, yakni perbaikan mobiler kursi, meja, pintu dan jendela serta sebagian lantai.
“Namun dana itu tetap saja tidak cukup karena dipergunakan juga pada komponen operasional sekolah yang paling urgen,†kata Enonia.
Ia mengaku menerima informasi dianggarkannya sebesar Rp200 juta untuk renovasi sekolah tersebut. Penganggaran yang cukup sebagaimana yang diharapkan untuk melakukan renovasi menyeluruh agaknya pada tahun ini tidak dapat dilakukan.
“Sudah (diajukan) pak. Tapi APBD tahun ini belum bisa ditampung,†katanya.
Ia pun berharap pemerintah dapat mencarikan solusi terkait persoalan tersebut, agar para peserta didik dapat kembali nyaman mengikuti proses pembelajaran dan terhindar dari ancaman yang membahayakan.
“Harapan saya bahwa baiknya dilakukan rehab (perbaikan-red) seluruhnya, karena gedung tidak layak dipergunakan sebagai tempat belajar, jadi diharapkan revitalisasi total,†pinta Enonia.
Laporan: Dom