KedaiPena.Com – Daya beli masyarakat miskin atau 40 persen lapisan bawah tengah dipastikan tertekan. Hal ini karena tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2017 tumbuh melambat menjadi 4,93 persen.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (6/11).
Ia mengatakan melambatnya tingkat konsumsi rumah tangga ini karena ada pergeseran pola hidup masyarakat dalam menggunakan pendapatannya.
“Saya bilang ketika kita pendapatannya 100, dulu untuk konsumsi katakanlah 70, 30 untuk yang lain, sekarang sudah terbatas banget lah,” kata Suhariyanto
Untuk kalangan menengah atas, Suhariyanto mengatakan, banyak pendapatannya yang dialihkan ke beberapa sektor, seperti investasi, hingga kesehatan.
“Artinya memang ada persentase konsumsinya pasti akan menurun, nah menurunnya kemana yah, dengan uang terbatas itu dia punya pattern switching dari non leisure ke leisure, kedua tetap dikurangi pendapatan tadi,” jelas dia.
Soal daya beli kelas bawah, pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebutkan, perekonomian Indonesia meliputi seluruh lapisan masyarakat, baik kaya maupun miskin. Sebanyak 40 persen kelas bawah atau miskin, 40 persen kelas menengah, dan 20 persen kelas atas atau kaya.
Lanjut Suhariyanto, kontribusi kelas bawah terhadap ekonomi nasional hanya sekitar 17 persen, sedangkan kelas menengah sebesar 36 persen, dan kelas atas sekitar 46 persen. Sehingga, perekonomian lebih dipengaruhi oleh kelas menengah dan atas.
“Bagaimana saya bisa menengah ke bawahnya? Dari indikator bulanan yang kita rilis. Bahwa hati-hati meski saya bicara general tidak ada penurunan daya beli tapi perlu ada kewaspadaan untuk lapisan 40% ke bawah, bahwa ada daya beli mereka tertekan,” jelas dia.
Dia melanjutkan, tertekannya daya beli masyarakat kelas bawah juga terlihat dari upah buruh sektor riil yang terus turun, serta nilai tukar petani (NTP) yang naik tipis namun secara kuartal juga mengalami penurunan.
“Itu merupakan sebuah indikasi bahwa kita perlu memberikan perhatian ekstra kepada 40 persen lapisan ke bawah. Jadi betul bahwa pertumbuhan ekonomi mencerminkan menengah ke atas, karena share yang bawah itu hanya 17 persen,” tukas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh