KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli mengaku terheran-heran dengan hasil dari 23 Reformasi di Indonesia. Menurut Rizal Ramli, amanat dan hasil dari 23 tahun reformasi Indonesia telah melenceng.
RR begitu ia disapa menceritakan, awal mula diawal masa reformasi tepatnya diera kepimpinan BJ Habibie dan Abdurahman Wahid atau Gusdur keberpihakanya sangat jelas untuk rakyat.
“Dua-dua nya maupun Habibie dan Gusdur orang yang benar-benar komit terhadap Demokrasi,” kata RR dalam diskusi nasional Mazhab Rawamangun yang diselenggarakan secara daring, Sabtu, (22/5/2021).
Sebagai contoh, kata RR, di era Habibie dan Presiden Gus Dur, daya kritis anggota DPR sangat tinggi. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang namanya hak me-recall atau mengganti anggota DPR dari fraksinya.
“Yang paling kuasa itu ketua umum. Ada yang bandel dikit ya re-call sehingga sebetulnya tidak perlu anggota DPR begitu banyak cukup aja istilahnya ketua-ketua partai doang ya dari pada banyak sikapnya itu seperti PNS. Seperti hari ini, anggota DPR kita sikapnya kaya PNS,” sindir RR.
RR pun mengakui semangat demokratis juga telah memudar dan belakangan kembali kearah otoriter.
RR mengatakan, hal itu lantaran jika mengacu hasil laporan the economist intelligence unit atau EIU demokrasi Indonesia menempati urutan terenda dalam 14 tahun terakhir.
“Kita makin lama makin jatuh di 30 level dalam Demokrasi,” papar RR.
Kondisi ini, tegas RR, diperparah dengan kondisi demokrasi yang berubah menjadi kriminal. Pasalnya, saat ini untuk menjadi Kepala daerah maupun Anggota Legislatif harus mengeluarkan uang tidak sedikit.
“Untuk menjadi anggota DPR butuh Rp 5 miliar, bupati butuh Rp 20-60 miliar, gubernur itu seterusnya. Sehingga yang kuasa ini sebetulnya bandar,” tandas RR.
Laporan: Muhamamd Lutfi