KedaiPena.Com – Ditjen Hortikultura Kementan terus berupaya menjaga stabilitas stok dan harga tomat sayur dalam negeri. Begitu pun dengan kesejahteraan para petani.
Cara pertama, kata Kepala Subdirektorat Aneka Cabai dan Sayuran Buah Direktorat STO Ditjen Hortikultura, M Agung Sunusi, mengatur pola tanam di daerah-daerah sentra produksi.
“Secara hukum ekonomi, produk yang belimpah pasti akan membuat penurunan harga jual,” katanya di Jakarta, Jumat (27/10). Beberapa sentra penghasil tomat adalah Magelang, Temanggung, Malang, Boyolali, Bandung, Garut, Sukabumi, Enrekang, Karo, Kerinci, dan Lombok Timur.
Jebolan Universitas Haluoleo Kendari tersebut menerangkan, tomat sangat baik dibudidayakan pada musim tanam, karena produksinya akan berlimpah. Apalagi, jika ditanam pada musim kemarau dan ketersediaaan air irigasi memadai.
“Hal ini dipicu oleh proses fotosintesis yang maksimal, secara otomatis tanaman akan bermetabolisme secara optimal untuk menghasilkan tomat. Dengan kondisi musim tanam yang seperti ini, sebenarnya menjadi suatu hal perlu dicermati dan mendapat perhatian khusus oleh kita bersama,” jelasnya.
Tomat mudah ditemukan di areal-areal pertanian, baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Biasanya, diusahakan secara monokultur maupun tumpang sari.
Pemetaan kebutuhan, sambung Agung, pun harus menjadi pertimbangan dalam pengaturan pola tanam tomat. “Dengan tingkat konsumsi 2,44 kg/kapita/tahun, setiap daerah sepatutnya bisa menentukan kebutuhan tingkat wilayah daerah masing-masing dalam mendukung pola produksi,” ujarnya.
Upaya kedua Ditjen Hortikultura adalah mendorong diversifikasi tomat. Dasarnya, tingkat kerusakannya cukup tinggi. Begitu pun umur simpan di suhu ruangnya pendek. Namun, tomat bisa diolah menjadi pasta, saus, manisan, dodol, hingga olahan kurma atau.
“Produk olahan asal tomat ini, ternyata memiliki banyak peminatnya. Selain memiliki cita rasa yang khas, olahan tomat, seperi dodol tomat, manisan tomat, maupun tomat kurma, dapat menjadi buah tangan yang memiliki nilai jual yang baik,” beber dia.
Banyaknya bantuan alat pengolahan pascapanen yang diberikan, jelas peraih gelar doktor dari UNJ itu, cara Ditjen Hortikultura mendukung dan mempercepat diversifikasi tomat. Bantuan disalurkan melalui Direktorat PPH Hortikultura.
“Kesadaran petani untuk merubah pola tanam dengan mengikuti pola tanam yang baik serta usaha untuk melakukan diversifikasi produk, akan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam berusaha budidaya tomat,” yakinnya. Selain menjadi makanan, tomat juga bahan kosmetik kecantikan.
Ketiga, Ditjen Hortikultura memfasilitasi kemitraan antara petani dengan industri olahan, baik skala besar maupun rumah tangga, serta hotel, restoran, dan katering (horeka). Maksudnya, menyerap produk tomat petani, agar cepat laku dengan harga pantas.
Strategi terakhir ialah memunculkan dan memanfaatkan peran petani-petani maju (champion). Sebab, pola pikir atau kebijakan pemerintah akan sulit dilaksanakan di tingkat petani, tanpa peran champion. “Selain dengan pengawalan dan pembinaan dari Dinas Pertanian dan penyuluh pertanian,” tuntasnya.